Sunday, September 29, 2019

Youth September 2019 #4 - MENJADI PRIBADI YANG TAHU BERTERIMA KASIH KEPADA SESAMA


MENJADI PRIBADI YANG TAHU BERTERIMA KASIH KEPADA SESAMA

(GRATITUDE VS UNTHANKFULNESS  PART 4)       

Bahan Bacaan

Kejadian 40:23, “Tetapi Yusuf tidaklah diingat oleh kepala juru minuman itu, melainkan dilupakannya”

Penjelasan Materi

Youthers, dalam kehidupan sehari-hari tentunya kita pernah bertemu dengan orang-orang yang seolah tidak tahu berterima kasih kepada kita/kepada orang lain yang baru saja menolongnya? Atau bahkan diri kita sendirilah yang pernah menjadi “orang yang tidak tahu diri dan tidak tahu membalas budi”? Ada banyak faktor yang membuat orang menjadi pribadi yang tidak tahu berterima kasih, misalnya karena kurangnya didikan orangtua, karena tabiat lama orang tersebut yang tidak suka berterima kasih ketika sudah dibantu orang lain, karena tidak memberi diri dipimpin Roh Kudus juga karena pergaulan buruk yang membuatnya menjadi terpengaruh dan masih banyak faktor lainnya.

Kita sudah pelajari bersama dalam Minggu 1, bagaimana Yesus memberi teladan hidupNya dalam hal berterima kasih, berucap syukur kepada Bapa dan sesamaNya. Maka sudah seharusnya kita dapat mencontoh sikap hidup Yesus seperti itu dengan tahu menempatkan diri kita di hadapan Tuhan dan sesama, tahu berterima kasih kepada orang lain yang sudah membantu kita terlebih mengucap syukur kepada Tuhan atas setiap pertolongan yang diberikanNya atas kita.

Youthers, kita harus melatih diri kita untuk selalu mengingat pertolongan, pemberian dan bantuan dari siapapun baik dalam bentuk materi, tenaga maupun dukungan moral spiritual, apalagi jika mereka melakukannya dengan tulus. Berusahalah untuk membalas dengan pantas Youthers, jangan sekali-kali kita melupakan kebaikan orang kepada kita. Membalas tidak selalu harus dalam bentuk materi, jika memang kita tidak memiliki materi yang cukup, akan tetapi kita bisa membalas dengan sikap yang baik, kepedulian kita ketika menolongnya dikala ia membutuhkan bantuan, juga dengan mendoakannya tiap hari atau dengan perkataan membangun yang membangkitkan semangat, motivasi dan kerohaniannya.

Seperti yang firman Tuhan katakan dalam Filipi 1:3 “Aku mengucap syukur kepada Allahku setiap kali aku mengingat kamu.” Latar belakang  Rasul Paulus mengatakan hal ini, adalah ketika ia sedang mengalami kesukaran di Filipi, ia ditahan secara ilegal, dicambuk, dihina dan dipenjara sebelum akhirnya ia dipaksa untuk meninggalkan kota. Namun, Rasul Paulus tetap mengatakan,  “Aku mengucap syukur kepada Allahku setiap kali aku mengingat kamu.”. Youthers, dari hal ini kita dapat memetik pelajaran untuk berorientasi pada hal-hal baik yang dilakukan orang lain kepada kita. Mari kita memusatkan perhatian pada hal-hal yang membuat kita mengucap syukur pada kebaikan hati orang lain dan tahu berterima kasih kepadanya.

Bahan Diskusi : Sudahkah kita mengingat kebaikan orang lain dan tahu berterima kasih kepadanya?

Youth September 2019 #3 - MENJADI PRIBADI YANG TAHU BERTERIMA KASIH KEPADA ORANGTUA


MENJADI PRIBADI YANG TAHU BERTERIMA KASIH KEPADA ORANGTUA

(GRATITUDE VS UNTHANKFULNESS  PART 3)        

Bahan Bacaan

Keluaran 20:12 , “Hormatilah ayahmu dan ibumu, supaya lanjut umurmu di tanah yang diberikan TUHAN, Allahmu, kepadamu.”

Penjelasan Materi

Youthers, perlu kita ketahui bahwa dalam Alkitab, Firman yang menyebut “Hormatilah ayahmu dan ibumu.” dikatakan dua kali dalam Perjanjian Lama (Keluaran 20:12; Ulangan 5:16) dan enam kali dalam Perjanjian Baru (Matius 15:4; 19:19; Markus 7:10; 10:19; Lukas 18:20; Efesus 6:2), ini menandakan bahwa perintah ini sangatlah penting dan Tuhan tidak main-main mengenai hal menghormati orangtua. Kekristenan tidak mengajarkan untuk kita menghormati orangtua kita jika mereka baik kepada kita, tidak! Mungkin pernah kita dapati, orangtua kita atau orangtua teman kita bersikap tidak baik kepada anaknya, misal memukul, menghukum atau menelantarkan kita, akan tetapi bagaimanapun orangtua kita, kita harus tetap menghormatinya.

Bagaimanapun orang tua kita, ia tetap mengasihi kita, ia ingin yang terbaik buat kita. Walau terkadang caranya tidak kita suka, tetapi sebagai orangtua, mereka tidak bermaksud berbuat jahat kepada kita. Youthers, sesungguhnya segala sesuatu yang sudah orangtua kita berikan kepada kita sejak kita lahir, tak senilai dengan apa yang dapat kita berikan kepada mereka, sekalipun kita memberi mereka uang yang banyak, atau bantuan dalam hal apapun yang kita berikan, itu semua tidak sebanding dengan kasih sayang dan  pengorbanan orangtua kita dalam membesarkan kita. Pernahkah Youthers memikirkan tentang apa yang ibu dan ayah kita telah lakukan untuk diri kita? Dari mulai biaya kelahiran kita, mengganti popok kita, mengawasi kita, menyuci dan menyetrika pakaian kita, memberi makan kita, berdoa untuk kita, menunggu kita di rumah ketika kita pulang terlambat, mengkhawatirkan kita, itu semua dilakukan karena satu alas an yaitu karena kita adalah hartanya yang paling berharga.

Youthers, sudahkah kita menunjukkan rasa terima kasih kita kepada kedua orangtua? Sudahkah kita tahu menempatkan diri kita ketika berhadapan dengan orangtua sebagai wakil Tuhan di bumi? Sudahkah pikiran, perkataan dan perbuatan kita kepada kedua orangtua kita mencerminkan rasa terima kasih kita kepada mereka.

Bahan Diskusi :

Kapan terakhir kali kita mengatakan kepada ibu kita bahwa kita menyanyanginya? Kapan terakhir kali kita berterimakasih kepada ayah kita yang bekerja demi membesarkan kita?

Youth September 2019 #2 - MENJADI PRIBADI YANG TAHU BERTERIMA KASIH KEPADA TUHAN


MENJADI PRIBADI YANG TAHU BERTERIMA KASIH KEPADA TUHAN

(GRATITUDE VS UNTHANKFULNESS  PART 3)        

Bahan Bacaan

Lukas 17 :17,” Lalu Yesus berkata: “Bukankah kesepuluh orang tadi semuanya telah menjadi tahir? Di manakah yang sembilan orang itu?”

Penjelasan Materi:

Youthers, bahan bacaan kita di kutip dari perikop tentang kesepuluh orang kusta yang disembuhkan. Dikisahkan lebih lanjut bahwa Yesus mencela sembilan orang yang tidak datang kembali untuk mengucap syukur karena sudah disembuhkan. Hanya satu orang saja yang datang kembali kepadaNya setelah disembuhkan dari sakit kusta. Mengapa Yesus menanyakan keberadaan kesembilan orang tersebut? Hal itu karena sembilan orang tersebut adalah orang Israel yang notabennya adalah umat kepunyaan Allah, umat pilihan Allah yang diharapkan justru menjadi teladan, yang seharusnya tahu berterima kasih atas kesembuhan yang mereka terima dari Yesus, sedangkan si kusta yang notabennya adalah orang Samaria, bangsa bukan umat kepunyaan Allah (Luk. 17:16) justru dialah yang datang kepada Yesus setelah disembuhkan.

Youthers, mari kita merenung sejenak, bukankah kisah sembilan orang kusta yang tidak datang lagi kepada Yesus setelah disembuhkanNya terkadang kita sama seperti diri kita sendiri? Mungkin kita gencar mencari Tuhan dan berteriak minta tolong kepadaNya saat merasa tak berdaya, saat semua usaha sudah dilakukan namun tidak kunjung berhasil atau saat sakit keras dan dokter sudah angkat tangan, dan ketika pertolongan Tuhan datang, ketika kita menerima sesuatu yang luar biasa, mendapat jawaban doa, mendapatkan berkat dan mujizat dari Tuhan, saat kita disembuhkan dari penyakit, saat beban berat kita diluputkan oleh Tuhan, saat bisnis/karier kita berkembang, saat kita memiliki banyak uang dan saat kita merasakan kebaikan-kebaikan Tuhan lainnya, barulah kita bersyukur dan menganggap ini sebagai mukjizat dari Tuhan. Akan tetapi, di luar itu semua, justru kerap kali kita beranggapan bahwa semua yang terjadi dalam hidup ini seperti masih bisa bernafas setiap hari, apalagi hal-hal yang baik dan menyenangkan adalah hal biasa sehingga kita lupa menaikkan syukur kepada Tuhan dan lupa pada komitmen kita saat kita mengerang dalam doa kepada Tuhan di masa-masa sulit. Youthers, jika demikian, kemudian kita menjadi orang yang tidak tahu berterima kasih dan tidak tahu membalas budi.

Youthers, kita menjadi orang yang tidak tahu berterima kasih jika kita tidak datang kembali kepada Tuhan dan mengucap syukur mencari Tuhan lebih dari sebelumnya saat kita berdoa padaNya.

Bahan Diskusi : Apakah kita pernah menjadi pribadi yang tidak tahu diri dan tidak tahu berterima kasih kepada Tuhan? Ceritakan pengalaman itu!

Umum September 2019 #2 - Giat dalam mempercepat kedatangan Tuhan Yesus yang kedua kali



GIAT DALAM MEMPERCEPAT KEDATANGAN TUHAN YESUS YANG KEDUA KALI



"yaitu kamu yang menantikan dan mempercepat kedatangan hari Allah..."(2 Petrus 3:12a)



Kedatangan Tuhan Yesus yang kedua kali adalah sebuah keniscayaan sebagaimana dinyatakan dalam janji-Nya : "Aku datang segera." (Wahyu 3:11; 22:7,12).

Tidak ada yang tahu kapan kedatangan Tuhan Yesus yang kedua kali, namun dalam beberapa kesempatan, Dia memberitahukan tanda-tanda kedatangan-Nya kepada murid-murid. Salah satunya diungkapkan-Nya dalam Matius 24:14, "Dan Injil Kerajaan ini akan diberitakan di seluruh dunia menjadi kesaksian bagi semua bangsa, sesudah itu barulah tiba kesudahannya."

Sesuai dengan ayat tersebut diatas, salah satu tanda kedatangan-Nya adalah jika Injil Kerajaan sudah diberitakan di seluruh dunia menjadi kesaksian bagi semua bangsa. Logikanya, semakin cepat Injil diberitakan di seluruh dunia, semakin cepat kesudahan segala sesuatu tiba.

Bagaimana kita mempercepat kedatangan Tuhan Yesus yang kedua kali?



1. Menyelesaikan Amanat Agung

Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman." (Matius 28:19-20)

Dua unsur utama dalam Amanat Agung adalah Penginjilan (memberitakan Injil) dan Pemuridan (menjadikan murid), artinya jiwa-jiwa baru bukan hanya menerima keselamatan karena kelahiran baru tapi juga dipersiapkan untuk menyambut kedatangan Tuhan Yesus yang kedua kali dengan menjadi murid Yesus, sebab hanya mereka yang menjadi murid saja yang nanti akan diangkat pada saat kedatangan-Nya yang kedua kali (Kis 1:11). Untuk itu setiap jiwa baru yang datang ke gereja harus masuk dan bergabung dalam kelompok COOL. Sebab dalam kelompok COOL itulah proses pemuridan terjadi secara intens.



2. Menjadi Messanger of The Third Pentecost

Seperti yang disampaikan oleh Gembala Jemaat Induk/Gembala Pembina, menyelesaikan Amanat Agung tidak bisa dengan kekuatan sendiri, tetapi memerlukan pentakosta ketiga. Seperti yang terjadi pada pentakosta yang pertama dimana Roh Kudus memperlengkapi murid dengan kuasa (Kis 1:8) dan dalam kurun waktu 100 tahun, 70% dari dunia yang dikenal, yaitu daerah dalam kekuasaan Romawi menjadi Kristen. Namun Amanat Agung belum selesai. Pada pada 1906 saat Roh Kudus dicurahkan di Azuza Street, yang kita kenal dengan pentakosta kedua, 30% dari kekristenan saat ini, 70% nya dimulai dari peristiwa pencurahan Roh Kudus tersebut.

Sekarang kita berada di era pentakosta ketiga, pencurahan Roh Kudus yang terakhir sebelum kedatangan Tuhan Yesus yang kedua kali. Jadilah pembawa pesan pentakosta ketiga, beritakan tentang pencurahan Roh Kudus yang dahsyat, bangkitkan generasi Yeremia, doakan mereka yang belum dibaptis Roh Kudus agar lebih banyak orang percaya dibangkitkan menjadi pasukan penuai. Amin. (DL)

Friday, September 6, 2019

Pastor Message SEPT 2019. Pdt DR Niko Nyotorahardjo

Youth September 2019 #1, YESUS ADALAH PRIBADI YANG BERUCAP SYUKUR DAN TAHU BERTERIMA KASIH



YESUS ADALAH PRIBADI YANG BERUCAP SYUKUR DAN TAHU BERTERIMA KASIH
 (GRATITUDE VS UNTHANKFULNESS  PART 1)        
               
Bahan Bacaan
1 Tesalonika 5:18  Mengucap syukurlah dalam segala hal, sebab itulah yang dikehendaki Allah di dalam Kristus Yesus bagi kamu.
Yohanes 6:11,"Lalu Yesus mengambil roti itu, mengucap syukur dan membagi-bagikannya kepada mereka yang duduk di situ, demikian juga dibuat-Nya dengan ikan-ikan itu, sebanyak yang mereka kehendaki." 

Penjelasan Materi:
“Mengucap syukurlah dalam segala hal, sebab itulah yang dikehendaki Allah di dalam Kristus Yesus bagi kamu.” Youthers, Firman Tuhan dalam bacaan kita di atas, menegaskan kepada kita bahwa mengucap syukur dalam segala hal kepada Tuhan itu adalah hal yang sangat penting. Perlu kita ketahui Youthers, bahwa kata “mengucap syukur” ini disampaikan Paulus kepada jemaat di Tesalonika yang notabenya mereka adalah penyembah-penyembah berhala, yang kemudian oleh pemberitaan Injil yang disampaikan Paulus, Silwanus dan Timotius, akhirnya mereka melayani Allah yang hidup dan benar (I Tes.1:9). Hal ini mengartikan bahwasanya  kata “mengucap syukur” tidak bisa diremehkan begitu saja. Karena ada dampak yang sangat luar biasa bagi orang yang mengucapkan kata-kata ini dengan sepenuh hati, dan pada Minggu pertama ini, kita mau belajar tentang teladan Yesus tentang mengucap syukur kepada BapaNya.

Tentunya Youthers masih ingat kisah Yesus memberi makan 5.000 orang dalam Injil Markus 6:34-44. “..  Lalu Ia menyuruh orang-orang itu, supaya semua duduk berkelompok-kelompok di atas rumput hijau. Mereka pun duduk berkelompok-kelompok, ada yang seratus, ada yang lima puluh orang. Setelah mengambil lima roti dan dua ikan itu, Ia menengadah ke langit dan mengucap syukur, lalu memecah-mecahkan roti itu dan memberikannya kepada murid-murid-Nya, supaya menyajikannya kepada orang-orang itu; begitu juga Ia membagikan kedua ikan itu kepada mereka semua. Lalu mereka semuanya makan sampai kenyang. Kemudian orang mengumpulkan potongan-potongan roti sebanyak dua belas bakul penuh dan sisa-sisa ikan. Yang ikut makan roti itu ada lima ribu orang laki-laki. “ Ya, kisah ini memperlihatkan kepada kita bagaimana Yesus melakukan hal yang mustahil hanya dengan mengucap syukur kepada BapaNya saat itu setelah mengambil dan membagi 2 roti dan 2 ikan untuk memberi makan 5000 laki-laki belum termasuk wanita dan anak-anak dan yang lebih luar biasa lagi, mereka makan sampai kenyang dan menghasilkan sisa 12 bakul.

Youthers, di sinilah kita dapat memetik pelajaran bahwa ada kuasa dalam ucapan syukur. Yesus dalam kemanusianNya, selalu berucap syukur kepada BapaNya dalam segala keadaan. Ia tahu Bapa pegang kendali atas hidupNya, maka Ia tidak khawatir dan menunjukkan rasa terima kasihNya dengan selalu mengucap syukur
Bahan Diskusi : Dalam hal apa kita mudah dan sulit untuk mengucap syukur?

Thursday, September 5, 2019

Umum September 2019 #1 - Menjaga Pikiran



MENJAGA PIKIRAN

"Tetapi Yesus mengetahui pikiran mereka, lalu berkata: "Mengapa kamu memikirkan hal-hal yang jahat di dalam hatimu?" (Matius 9:4)

Umumnya pengajaran yang sering kita dengar adalah menjaga hati, namun ternyata ada kaitan yang sangat erat antara hati dan pikiran.

"Karena dari hati timbul segala pikiran jahat, pembunuhan, perzinahan, percabulan, pencurian, sumpah palsu dan hujat." (Matius 15:19)

Otak memang merupakan pusat berpikir, baik logik, maupun terkait dengan seni dan keindahan, namun ternyata segala bentuk pikiran (perenungan), pergumulan, strategi, dan lain-lain terkoneksi erat dengan hati kita. Tentu hati yang dimaksud bukanlah 'heart' (jantung), atau 'liver' (organ hati), melainkan pusat dari pikiran, perasaan dan kehendak manusia (psuche).

Dampak buruk dari tidak menjaga pikiran, selain dari Matius 15:19 diatas adalah antara lain :

a. Pikiran yang sia-sia
Sebab itu kukatakan dan kutegaskan ini kepadamu di dalam Tuhan: Jangan hidup lagi sama seperti orang-orang yang tidak mengenal Allah dengan pikirannya yang sia-sia (Efesus 4:17)
b. Pikiran yang senantiasa tertuju pada perkara duniawi, sehingga sulit memikirkan perkara-perkara rohani.
"Kesudahan mereka ialah kebinasaan, Tuhan mereka ialah perut mereka, kemuliaan mereka ialah aib mereka, pikiran mereka semata-mata tertuju kepada perkara duniawi." (Filipi3:19)

Untuk menghindari dampak buruk tersebut, minimal ada 4 (empat) cara yang dapat kita lakukan untuk menjaga pikiran kita :

1. Menjadi manusia baru
"supaya kamu dibaharui di dalam roh dan pikiranmu, dan mengenakan manusia baru, yang telah diciptakan menurut kehendak Allah di dalam kebenaran dan kekudusan yang sesungguhnya." (Efesus 4:23-24)
Dengan menjadi manusia baru dalam Kristus (2 Kor 5:17), pikiran dan roh kita dibaharui, sebagaimana janji Tuhan di tahun kelahiran yang baru ini (Yehezkiel 36:26-27).

2. Minta dipenuhi dengan damai sejahtera Allah
"Damai sejahtera Allah, yang melampaui segala akal, akan memelihara hati dan pikiranmu dalam Kristus Yesus." (Filipi 4:7)
Damai sejahtera Allah bisa kita dapatkan berlimpah-limpah, jika kita memperhatikan dan melakukan perintah TUHAN (Yesaya 48:18).

3. Penuhi pikiran kita dengan Firman Tuhan
"Sebab firman Allah hidup dan kuat dan lebih tajam dari pada pedang bermata dua mana pun; ia menusuk amat dalam sampai memisahkan jiwa dan roh, sendi-sendi dan sumsum; ia sanggup membedakan pertimbangan dan pikiran hati kita." (Ibrani 4:12)

4. Ganti pikiran negatif dengan pikiran positif yang sesuai dengan Firman Tuhan
"Jadi akhirnya, saudara-saudara, semua yang benar, semua yang mulia, semua yang adil, semua yang suci, semua yang manis, semua yang sedap didengar, semua yang disebut kebajikan dan patut dipuji, pikirkanlah semuanya itu." (Filipi 4:8).

Mari kita jaga pikiran kita sesuai dengan Firman-Nya. Amin. (DL)

PENTAKOSTA KE 3

PENTAKOSTA KE 3

SENIMENULISISIHATITUHAN

JADWAL IBADAH

JADWAL IBADAH