Friday, January 10, 2020

Umum Januari 2020 #2 - Transformasi Diri Dalam Tahun Dimensi Yang Baru


TRANSFORMASI DIRI DALAM TAHUN DIMENSI YANG BARU
“Dan kita semua mencerminkan kemuliaan Tuhan dengan muka yang tidak berselubung. Dan karena kemuliaan itu datangnya dari Tuhan yang adalah Roh, maka kita diubah menjadi serupa dengan gambar-Nya, dalam kemuliaan yang semakin besar.” (2 Korintus 3:18)

Dalam ayat bacaan kita diatas dinyatakan bahwa “kita diubah”. Kata “diubah” berasal dari kata metamorphoo yang darinya kita mendapat kata metamorphosis. Kata kerja yang sama juga digunakan dalam Matius 17:2 dan Markus 9:2 yang digunakan untuk menyatakan transfigurasi Yesus.
Kita diubahkan untuk menjadi serupa dengan gambar-Nya. TUHAN YESUS adalah gambar Allah (2 Kor 4:4; Yoh 1:14-18; 14:9; Kol 1:15; Ibr 1:3). Manusia diciptakan dalam gambar Allah (Kej 1:26-27), Orang percaya ada dalam gambar Kristus (Roma 9:29-30). Dengan demikian, keserupaan dengan Kristus adalah tujuan utama Allah bagi semua orang percaya (Gal 4:19; Ef 1:4).
Terkait dengan transformasi diri, paling tidak ada 2 (dua) hal yang perlu kita renungkan dan pelajari:
1.    Transformasi diri tejadi  melalui keintiman dengan TUHAN
Kata “diubah” merupakan kata kerja pasif, yang menggambarkan karya dan aktivitas Allah dalam mengubah orang percaya menjadi serupa dengan Kristus, namun demikian perubahan (transformasi) dalam diri kita tersebut terjadi sementara kita berada dalam hubungan yang akrab/intim dengan TUHAN, dalam hadirat TUHAN yang penuh kasih, kebenaran dan kuasa Kristus melalui doa  dan Roh Kudus. Tidak mungkin terjadi transformasi tanpa intimasi.

Jadi jika kita ingin mengalami transformasi, diubahkan TUHAN menjadi serupa dengan gambar-Nya dalam kemuliaan yang semakin besar di Tahun Dimensi yang Baru, maka dimensi keintiman kita harus semakin besar daripada tahun-tahun sebelumnya. Makin menjadikan doa, pujian dan penyembahan sebagai gaya hidup, lebih lagi berbahasa roh, makin rajin membaca, merenungkan dan melakukan Firman Tuhan, senantiasa dalam kondisi yang penuh dengan Roh Kudus.
2.    Transformasi diri terjadi secara progresif
Kalimat “dalam kemuliaan yang semakin besar” menunjukkan adanya tahapan dalam transformasi diri yang dikerjakan Allah dalam hidup kita. Kita berada dalam suatu proses yang mengarah pada keserupaan dengan Kristus. Tahapan atau proses perubahannya bersifat progresif, artinya semakin lama semakin meningkat sampai kita menjadi sempurna pada saat kedatangan Kristus yang kedua kali.

Agar proses transformasi ini terjadi secara progresif, “…hendaklah hidupmu tetap di dalam Dia. Hendaklah kamu berakar di dalam Dia dan dibangun di atas Dia, hendaklah kamu bertambah teguh dalam iman yang telah diajarkan kepadamu, dan hendaklah hatimu melimpah dengan syukur.” (Kolose 2:6-7).

Berdasarkan ayat tersebut diatas, ada lima bagian penting yang harus kita lakukan:
a.   Hidup kita tetap di dalam Yesus, artinya jangan sampai kita meninggalkan iman kepada Kristus. Kita harus memiliki prinsip bahwa sekali Yesus tetap Yesus untuk selama-lamanya. Jangan sampai kita ‘menukarkan Yesus’ dengan kekayaan, jabatan, keterkenalan, kemewahan, kenyamanan hidup, jodoh/pasangan hidup. Begitu kita meninggalkan Yesus, maka transformasi dalam diri kita pasti berhenti.

b.  Berakar di dalam Yesus, artinya kehidupan kita harus memiliki fondasi, dasar yang kokoh di dalam Yesus. Sama seperti halnya pohon besar dapat berdiri dengan kuat sekalipun badai dan angina kencang menerpa karena memiliki akar-akar yang kuat, demikian juga hidup kita tidak akan mudah tergoyahkan dan tergoncangkan dengan persoalan atau kesulitan apa pun. Kita hanya dapat berakar dengan kuat dengan sungguh-sungguh menghidupi Firman Tuhan.

c.   Dibangun di atas Yesus, segala aspek kehidupan, pekerjaan dan pelayanan yang kita lakukan, kita bangun diatas batu penjuru yang benar yakni Kristus. Melakukan segala sesuatu di dalam Kristus dan untuk kemuliaan Kristus. Hidup kita secara keseluruhan harus dibangun diatas Kristus. Dan kita harus sungguh-sungguh memperhatikan dengan apa kita membangun kehidupan kita (1 Kor 3:10-15).

d. Bertambah teguh dalam iman, artinya semakin bertambah usia rohani kita, semakin kita bertambah teguh dalam iman, tidak mudah diombang-ambingkan oleh rupa-rupa angina pengajaran, tdak mudah dikalahkan dengan apapun, sebab Tuhan Yesus beserta dengan kita (Roma 8:31-39).

e.    Hati melimpah dengan ucapan syukur, artinya senantiasa mengucap syukur dalam segala keadaan dan atas segala sesuatu yang terjadi dalam hidup kita (Efesus 5:20; 1 Tes 5:18). (DL)


Tuesday, January 7, 2020

COOL Umas Januari 2020 - Rohlah Yang Menghidupkan


Rohlah Yang Menghidupkan

Rohlah yang memberi hidup, daging sama sekali tidak berguna. 
Perkataan-perkataan yang Kukatakan kepadamu adalah roh dan hidup.
Yohanes 6:63
PENDAHULUAN
Umas ! cobalah kita periksa diri kita saat kita menerima Tuhan Yesus sebagai Juruselamat dalam kehidupan kita, Roh Kudus kita undang masuk dalam hidup kita dan kerohanian kita menjadi hidup. Peranan Roh Kudus sangat luar biasa dalam hidup kita, Roh Kudus yang mengajar dan menolong disetiap kehidupan kita ini.


ISI
Umas ! Apa yang dilakukan agar Roh Kudus terus bekerja memberi kehidupan ?

1.  Menjaga Hati (Amsal 4:23)

2.  Jaga Pikiran dan Perasaan (Filipi 2:5)
Iblis paling pintar mencuci pikiran dan perasaan kita. Apabila kita tidak menjaganya maka umas sangat mudah untuk diperdaya dan dijatuhkan oleh iblis. Umas, jagalah pikiran dan perasaan kita. Jangan lengah dan jangan buka celah supaya iblis tidak menjatuhkan kita yang terkadang membuat kita mudah merasa tersinggung dengan perkataan orang lain, kita menjadi sakit-sakitan karena selalu berfikiran negatif. Mari kita jaga, agar Roh Kudus terus memberi kita hidup dan hidup dalam kelimpahan.

3.  Jaga Tubuh (1 Korintus 6:19-20)
Umas, pakailah tubuh kita untuk memuliakan Tuhan, jaga tubuh dengan makanan-makanan yang sehat, jangan makan yang sembarangan agar kita tidak mudah jatuh sakit sehingga membatasi kita untuk memuji menyembah Tuhan. Segala sesuatu adalah milik Tuhan, pakailah hidupmu untuk menjadi baitNya. 1 Korintus 6:19-20 berkata : atau tidak tahukah kam, Roh Kudus yang kamu peroleh dari Allah dan bahwa kamu bukan milik kamu sendiri ? sebab kamu telah dibeli dan harganya telah lunas dibayar, karena itu muliakanlah Tuhan dengan tubuhmu.

PENUTUP
Umas hanya Roh Kudus yang dapat memberi hidup, oleh sebab itu intimlah dengan Roh Kudus jaga hati, pikiran, perasaan dan tubuh kita. Umas ! Pakailah semuanya itu untuk kemuliaan namaNya.


Monday, January 6, 2020

Umum Januari 2020 #1 - Dimensi Baru Dalam Hidup Kita



DIMENSI BARU DALAM HIDUP KITA

“Dan kita semua mencerminkan kemuliaan Tuhan dengan muka yang tidak berselubung. Dan karena kemuliaan itu datangnya dari Tuhan yang adalah Roh, maka kita diubah menjadi serupa dengan gambar-Nya, dalam kemuliaan yang semakin besar.” (2 Korintus 3:18)

Kita telah memasuki tahun 2020, Tahun Dimensi Yang Baru. Kata “dimensi” dalam kamus besar bahasa Indonesia (KBBI) adalah ukuran yang mencakup panjang, lebar, tinggi, luas dan lainnya. Dimensi juga bermakna salah satu aspek yang meliputi atribut, elemen, item, fenomena, situasi atau faktor yang membentuk suatu entitas. Jika kita merenungkan ayat bacaan kita diatas yang merupakan salah satu nats dari tema tahun 2020, jelaslah bahwa janji TUHAN bagi kita, dimensi yang baru berarti makin diubahkan menjadi serupa dengan Kristus, dalam kemuliaan yang semakin besar. 

Dengan kata lain, dalam tahun dimensi yang baru ini, dimensi dan kapasitas rohani kita makin diperbesar (meningkat), bahkan TUHAN akan “…mengangkat engkau menjadi kepala dan bukan menjadi ekor, engkau akan tetap naik dan bukan turun,” (Ulangan 28:13-14).

Di Tahun Dimensi Yang Baru ini paling tidak ada 3 (tiga) hal yang harus kita tingkatkan:
1.   Dimensi kasih kita kepada TUHAN dan sesama.
Dimensi kasih seperti apa yang Tuhan Yesus kehendaki dari kita sesungguhnya? Kasih yang tidak bersyarat (agape), kasih yang “walaupun/meskipun…” dan bukan kasih yang “kalau…” artinya kita tetap mengasihi TUHAN dan sesama walaupun kita belum menerima jawaban doa, walaupun belum mengalami mujizat, walaupun belum melihat pertolongan TUHAN. Dan bukan sebaliknya: “saya mengasihi TUHAN kalau saya diberkati, kalau saya ditolong TUHAN, kalau saya menerima mujizat dari TUHAN. Dalam Yohanes 21:15-17, ketika bertanya kepada Petrus untuk yang pertama dan kedua kali, Tuhan Yesus bertanya: “apakah engkau mengasihi (agapao/agape) kepada-Ku?”

“Jawab Yesus: "Hukum yang terutama ialah: Dengarlah, hai orang Israel, Tuhan Allah kita, Tuhan itu esa. Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu dan dengan segenap kekuatanmu. Dan hukum yang kedua ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. Tidak ada hukum lain yang lebih utama dari pada kedua hukum ini." (Markus 12:29-31)

Dalam ayat tersebut diatas, dimensi kasih yang Tuhan Yesus kehendaki adalah mengasihi TUHAN dengan segenap hati, segenap jiwa, segenap akal budi dan dengan segenap kekuatan. Dan dimensi kasih kepada sesama adalah seperti kita mengasihi diri kita sendiri. Mari kita refleksi diri, apakah dimensi kasih kita sudah seperti yang Tuhan Yesus kehendaki?

2.   Dimensi penyembahan kita kepada TUHAN
Tetapi saatnya akan datang dan sudah tiba sekarang, bahwa penyembah-penyembah benar akan menyembah Bapa dalam roh dan kebenaran; sebab Bapa menghendaki penyembah-penyembah demikian. Allah itu Roh dan barangsiapa menyembah Dia, harus menyembah-Nya dalam roh dan kebenaran." (Yohanes 4:23-24)
Penyembahan kepada TUHAN tentunya melibatkan segenap keberadaan kita, yakni tubuh, jiwa dan roh. Misal penyembahan dalam arti yang sempit, dimana kita berdoa, memuji dan menyembah TUHAN: dengan tubuh kita mengeluarkan suara (menyanyi, bersorak, dll), menari, bertepuk tangan, melompat, berlutut, tersungkur, dan lain-lain. Dengan jiwa kita bersukacita, fokuskan pikiran kita menyembah, dengan luapan emosi (kerinduan, kasih sayang, dll), namun tidak berhenti sampai pada dua aspek/dimensi itu saja, melainkan juga harus sampai pada dimensi roh, dimana kita menyembah Dia juga dengan roh kita yang dipenuhi dengan Roh Kudus, memuliakan TUHAN, berkomunikasi dengan TUHAN, meninggikan TUHAN dengan berbahasa roh.

3.   Dimensi pemberian (persembahan) kita
Memberi persembahan adalah bagian yang tidak terpisahkan dalam ibadah kita, sekalipun ada gereja yang memasukan persembahan dalam liturgi ibadah, maupun yang memberikan kebebasan kepada jemaat untuk memberi persembahan sebelum atau sesudah ibadah ke dalam kotak persembahan atau nomor rekening yang telah disediakan, prinsipnya persembahan pasti ada dalam ibadah kita sebagai orang percaya.
Mari kita renungkan dimensi pemberian/persembahan yang menyentuh di hati Tuhan Yesus.

“Pada suatu kali Yesus duduk menghadapi peti persembahan dan memperhatikan bagaimana orang banyak memasukkan uang ke dalam peti itu. Banyak orang kaya memberi jumlah yang besar. Lalu datanglah seorang janda yang miskin dan ia memasukkan dua peser, yaitu satu duit. Maka dipanggil-Nya murid-murid-Nya dan berkata kepada mereka: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya janda miskin ini memberi lebih banyak dari pada semua orang yang memasukkan uang ke dalam peti persembahan. Sebab mereka semua memberi dari kelimpahannya, tetapi janda ini memberi dari kekurangannya, semua yang ada padanya, yaitu seluruh nafkahnya." (Markus 12:41-44)

Memberi dari kelimpahan akan terasa lebih mudah, sebab kita masih punya pegangan, harapan dan simpanan untuk memenuhi kebutuhan bahkan keinginan kita. Kita tidak terlalu berpikir bisa makan atau bisa memenuhi kebutuhan pokok atau tidak setelah memberi. Namun memberi dari kekurangan bahkan dari seluruh nafkah yang diperoleh, seperti halnya janda yang miskin adalah soal yang lain lagi. Dibutuhkan iman, kebergantungan kepada Allah, kasih, ketaatan dan rasa syukur yang besar!

Persembahan sulung yang akan kita bawa di bulan Februari sesunggunya salah satu bentuk latihan untuk kita meningkatkan dimensi dalam hal memberi. Banyak dari kita mungkin terbiasa memberi 10%, 20%, 50% bahkan lebih dari itu. tapi 100% (alias seluruh nafkah kita pada bulan Januari)? Mari masuk dimensi yang baru dalam memberi! (DL)

PENTAKOSTA KE 3

PENTAKOSTA KE 3

SENIMENULISISIHATITUHAN

JADWAL IBADAH

JADWAL IBADAH