Sunday, September 26, 2021

PANGGILAN DARURAT UNTUK GENERASI YEREMIA


PANGGILAN DARURAT UNTUK GENERASI YEREMIA

Salah satu arti dari Pentakosta Ketiga adalah kebangkitan generasi Yeremia, yaitu anak-anak muda yang dipenuhi Roh Kudus, cinta mati-matian kepada Tuhan Yesus, tidak kompromi terhadap dosa, dan akan bergerak untuk memenangkan jiwa. Kebangkitan generasi Yeremia adalah sebuah janji, sebuah ‘benih’ yang baik yang diberikan oleh TUHAN bagi Kerajaan-Nya di muka bumi. Namun apa yang kita lihat dalam kenyataan sekarang ini dalam berita di stasiun televisi maupun kanal Youtube justru seakan kontras dengan apa yang dijanjikan TUHAN. Secara gamblang kita menyaksikan bagaimana anak-anak muda secara terang-terangan menyatakan identitas seksualitasnya yang menyimpang, tanpa malu-malu. Gaya hidup yang tidak sesuai dengan Firman Tuhan seperti penyalahgunaan narkoba, seks pra-nikah, terlibat dalam tindakan perundungan (bullying), aksi kriminal, kekerasaan dan radikalisme.

Terkait dengan hal tersebut di atas, kita teringat akan perumpamaan yang Yesus ajarkan dalam Matius 13:24-25, 

"Hal Kerajaan Sorga itu seumpama orang yang menaburkan benih yang baik di ladangnya. Tetapi pada waktu semua orang tidur, datanglah musuhnya menaburkan benih lalang di antara gandum itu, lalu pergi.”

Ayat ini berbicara tentang hal Kerajaan Sorga, mengenai anak-anak Kerajaan dan anak-anak si jahat serta bagaimana akhir hidup mereka kelak dalam akhir zaman. Dari ayat ini kita bisa melihat sebuah prinsip kerja si Iblis yakni dengan menaburkan benih yang jahat (lalang) sebagai kontra dari benih yang baik (gandum). Dengan demikian dapat kita katakan bahwa di era Pentakosta Ketiga ini, ketika Tuhan menabur benih yang baik (kebangkitan generasi Yeremia) maka Iblis menaburkan benih yang buruk (kontra generasi Yeremia).

Tidak jarang kita jumpai orang bertanya-tanya, apa bukti kebangkitan generasi Yeremia, buktinya kita belum melihat bukti apa-apa, malah yang terjadi pada kenyataannya adalah yang sebaliknya. Mari kita melihat dari lensa pemahaman Matius 13:24-25 di atas terkait prinsip kerja si Iblis. Jika kita melihat Iblis menaburkan benih yang kontra, jika kita melihat generasi dengan karakteristik yang kontra dengan karakteristik generasi Yeremia muncul atau terlihat, itu artinya Tuhan secara nyata sedang menaburkan benih yang baik.

Generasi Yeremia, apa yang kalian tunggu?

Jika kita melihat arti dari generasi Yeremia, kita dapat meninjaunya dari dua sisi. Pertama adalah dari sisi Tuhan, Ia yang membaptis, memenuhi dan mengurapi generasi muda ini dengan Roh Kudus. Ia telah, sedang terus melakukan bagian-Nya. Anak-anak muda yang haus, rindu dan datang kepada-Nya serta meminta untuk dibaptis Roh Kudus dan dipenuhi dengan Roh Kudus pasti akan menerimanya (Lukas 11:13; Yohanes 7:37-39). Sisi yang kedua adalah sisi anak muda sebagai generasi Yeremia. Setelah dipenuhi Roh Kudus, so what? You have to move faster! Kerjakan bagianmu! Ada dua bagian yang harus dikerjakan:

Ke dalam, yakni cinta mati-matian dengan Tuhan dan tidak kompromi dengan dosa.

Ini adalah sebuah keputusan dan sebuah komitmen pribadi. Memang tidak mudah, namun bukan hal yang mustahil. Minta pertolongan Roh Kudus dan beri dirimu untuk dimuridkan, di-mentoring oleh kakak rohani dan bergabung dalam komunitas rohani yang sehat.

Ke luar, yakni bergerak memenangkan jiwa-jiwa.

Sebagian mungkin beralasan, “tapi sekarang kan kondisinya tidak memungkinkan?” Yakinlah bahwa Tuhan sedang memberikan paradigma yang baru, cara dan kreativitas yang baru. Zaman sekarang ini adalah zaman yang penuh dengan kemudahan berkomunikasi. Dunia sudah tanpa batasan jarak dan waktu, dunia sudah menjadi rumah besar bersama. Internet dan media sosial adalah ‘keledai tunggangan’, kendaraan kita dalam memberitakan Injil dan memenangkan jiwa.

Apa yang kalian tunggu? Adalah sebuah pertanyaan yang harus dijawab oleh generasi Yeremia. Jangan sampai yang ditunggu adalah kesiapan diri kita, sementara diri kita tidak melakukan apa-apa, tidak memiliki kerinduan untuk dipenuhi dengan Roh Kudus, tidak ada gairah untuk cinta mati-matian kepada Tuhan Yesus dan belum rela untuk melepaskan kompromi dengan dosa yang tentunya menghasilkan kenikmatan bagi kedagingan. Hal ini dapat diumpamakan seperti kita menunggu dan mengharapkan untuk tiba di tempat tujuan sementara kita berada dalam mobil, di belakang kemudi namun tidak menghidupkan atau menjalankan mobil tersebut!

Menjawab pertanyaan apa yang kalian tunggu? tentunya juga membutuhkan bapak/ibu rohani yang membantu dalam membimbing dan mengarahkan mereka untuk menjawabnya, khususnya jika yang mereka tunggu adalah restu atau blessings dari bapak/ibu rohani untuk me-release mereka bergerak memenangkan jiwa.

Generasi Yeremia, di mana posisi kalian sekarang?

Anak-anak muda kita, khususnya yang sedang menempuh pendidikan sebagai mahasiswa diperhadapkan kepada dua posisi:

Mengikuti euforia idealisme

Dikenal menjadi tokoh-tokoh muda yang diberikan emblem sebagai penggerak reformasi dimana berdasarkan sejarah perjalanan bangsa Indonesia, senior-senior mereka berhasil melaksanakan aksi yang berdampak besar terhadap perubahan sejarah bangsa Indonesia yang tentunya menjadi sebuah euforia idealisme tersendiri bagi generasi muda Indonesia. Generasi muda sudah seharusnya sangat-sangat waspada, sebab bukan tidak mungkin mereka hanya diperalat untuk mewujudkan kepentingan-kepentingan pihak-pihak tertentu yang memiliki hasrat akan kekuasaan yang menghalalkan segala cara untuk menggoyang stabilitas negara dan pemerintahan yang sah.

Membangun kedalaman dan berdampak positif ke luar

Membangun kedalaman secara rohani (Efesus 4:15), mentalitas, karakter, pengetahuan dan keahlian (Daniel 1:4). Sederhananya, menggunakan kesempatan yang singkat di masa perkuliahan untuk sungguh-sungguh membangun kerohanian dengan terlibat aktif di kegiatan kerohanian atau persekutuan kampus, menuntut ilmu semaksimal mungkin – gunakan waktu belajar secara maksimal, membentuk karakter serta mempertajam keahlian di bidang masing-masing, terlebih jika dapat menunjukkan prestasi (hasil penelitian) yang dapat bermanfaat bagi banyak orang sesuai dengan keahlian/jurusan yang diambil. “Tapi saya bukan tergolong anak yang cerdas!” Hiduplah takut akan Tuhan, sebab takut akan Tuhan adalah permulaan hikmat (Mazmur 111:10; Amsal 1:7) dan jangan lupa untuk mengasah diri dengan tekun belajar.

Selain membangun kedalaman tentunya harus berdampak positif ke luar, jangan jadi seperti katak dalam tempurung. Berinteraksi dan bersosialisasilah dengan anak muda yang lain, bangunlah komunitas lintas agama dan lintas budaya di mana nilai-nilai nasionalisme sebagai sesama anak bangsa dapat berkembang, jadilah terang dan garam, nyatakan dan beritakan keindahan kekudusan Tuhan dalam pergaulan sesama mahasiswa melalui gaya hidup dan kesaksian kita.

Di mana posisi kalian sekarang? Idealnya tentu posisi yang kedua, artinya generasi muda menyadari bahwa masa kuliah adalah masa membekali dan mempersiapkan diri untuk menjadi berkat yang besar bagi masyarakat, bangsa dan negara pada waktunya, sambil bergerak menjadi saksi, memberitakan injil dan memenangkan jiwa-jiwa generasi muda. Untuk berada dalam posisi ini tentunya generasi Yeremia harus bisa membedakan apa yang benar dan salah (Yesaya 51:1,7) serta apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna (Roma 12:2) melalui lensa Firman Tuhan. Ironisnya adalah kalau ternyata jawabannya "tidak" pada keduanya. Jika demikian patut direnungkan kembali adalah apa tujuan hidupmu sebenarnya? Apa yang dikehendaki Tuhan Yesus untuk kamu kerjakan di masa mudamu?

Nubuatan telah disampaikan, janji Tuhan tentang kebangkitan generasi Yeremia telah dinyatakan dan fakta menunjukkan inilah saatnya waktu penggenapan itu. Ini adalah panggilan darurat bagi generasi muda untuk bangkit dan meresponi panggilan-Nya. Semuanya diawali dengan sebuah kesadaran dari masing-masing individu: akulah generasi Yeremia! Dilanjutkan dengan sebuah keputusan: pakailah aku sesuai kehendak dan rencana-Mu! Serta konsistensi dalam melaksanakan tugas panggilan sebagai generasi Yeremia: 

“…baiklah engkau bersiap, bangkitlah dan sampaikanlah kepada mereka segala yang Kuperintahkan kepadamu. Janganlah gentar terhadap mereka, supaya jangan Aku menggentarkan engkau di depan mereka!”

(Yeremia 1:17).

Ibadah ZOOM GBI Warakas, Tgl.26 Sept 2021

Saturday, September 25, 2021

PEMBAGIAN SEMBAKO DAN VOUCHER TGL.22 SEPT 2021, Utk Jemaat dqn Pengerja yg membutuhkan


















 

Ibadah Online, GBI Warakas Indah | Tgl 26 September 2021 | With Pdt Karyadi M




Syalom Bpk/Ibu/Saudara/Saudari,

 

Mari Saksikan Ibadah Online GBI Warakas Indah (Rayon 1D) :

 

- Pembicara : Pdt. Karyadi M

- Khotbah : HUKUM PENUAIAN KERAJAAN ALLAH 1

- Hari/Tanggal : Minggu, 26 September 2021

- Anytime | Premiere Mulai Pukul :  06.00 WIB

 

" Jangan Lupa Like, Comment, Share & Subscribe Video Ini ya "

 

Follow Sosial Media GBI Warakas

 

- Instagram : @gbiwarakasindah

- Youtube Channel : GBI Warakas Indah

- Blog : www.gbiwarakas.blogspot.co.id

- https://www.facebook.com/warakasindah​​

 

Note : Mari ikuti Ibadah dengan sukacita dan kerinduan akan Hadirat Tuhan yang akan melawat kita semua.

 

Selamat Menyaksikan

Tuhan Yesus Memberkati

 

#GBIRayon1D​​​​​​​​​

#www​​​.gbiwarakas.blogspot.co.id

#messengerofthethirdpentecost​​​​​​​​​

#senimenulisisihatiTuhan​​​​​​​​​

#hmministry​​


Tuesday, September 21, 2021

PIKIRKANLAH PERKARA YANG DI ATAS, BUKAN YANG DI BUMI

 

Shalom,

Tanggal 4 September 2021, gereja kita GBI Jl. Jendral Gatot Subroto, genap berumur 33 tahun. Saya mengucapkan Selamat Hari Ulang Tahun yang ke-33. Tuhan Yesus memberkati kita semua berlimpah limpah limpah… Amin!

Pesan Tuhan untuk memasuki tahun yang ke-34 terdapat dalam Kolose 3:1-4,

“Karena itu, kalau kamu dibangkitkan bersama dengan Kristus, carilah perkara yang di atas, di mana Kristus ada, duduk di sebelah kanan Allah. Pikirkanlah perkara yang di atas, bukan yang di bumi. Sebab kamu telah mati dan hidupmu tersembunyi bersama dengan Kristus di dalam Allah. Apabila Kristus, yang adalah hidup kita, menyatakan diri kelak, kamupun akan menyatakan diri bersama dengan Dia dalam kemuliaan.”

Kita harus mencari dan memikirkan perkara-perkara di atas, bukan yang di bumi, supaya pada waktu Tuhan Yesus menyatakan diri kelak, artinya pada waktu Tuhan Yesus datang untuk menjemput gereja-Nya, kita juga akan menyatakan diri bersama dengan Tuhan Yesus di dalam kemuliaan-Nya, yang artinya kita juga akan ikut dalam pengangkatan dan akan masuk sorga.

"Memikirkan dan mencari perkara yang di atas", artinya:

kita harus menilai, mempertimbangkan dan memikirkan segala sesuatu dari sudut pandangan kekekalan dan sorga.

kita harus berpikir dan bertindak sesuai dengan pikiran dan tindakan Kristus.

Ini kita lakukan karena kita ada bersama dengan Kristus.

Kita akan terus melakukan dengan setia karena Kristus adalah hidup kita sampai kita bertemu dengan Dia dalam kemuliaan-Nya, yaitu pada waktu Dia datang kembali untuk menjemput gereja-Nya.

"Perkara yang di bumi" berbicara tentang:

hidup yang duniawi, yang dinyatakan dalam rupa perintah, peraturan dan ajaran yang tidak membawa seseorang kepada pengenalan akan Kristus

segala sesuatu yang berada dalam pikiran, perkataan, perbuatan yang merupakan sifat manusia lama, sehingga bertentangan dengan kehendak Allah.

Supaya kita bisa memikirkan dan mencari perkara yang di atas, maka:

Kita harus mempunyai hubungan yang intim dengan Tuhan.

Hati kita harus melekat kepada Tuhan. Banyak berdoa, memuji dan menyembah Tuhan.

Kita harus memiliki kasih yang semula.

Kita harus melakukan kehendak Bapa di sorga.

Kita harus hidup berintegritas.

Sekali lagi saya akan mengingatkan kita semua, bahwa dalam menghadapi masalah apapun juga kita harus tetap meresponi dengan memikirkan dan mencari perkara yang di atas, bukan dengan perkara yang di bumi.

 

MENGASIHI MUSUH KITA DAN BERDOA BAGI MEREKA

Tuhan Yesus berkata:

“Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu.

Karena dengan demikianlah kamu adalah anak-anak Bapamu yang di sorga.

Apabila kamu mengasihi orang yang mengasihi kamu, apakah upahmu?

Bukankah pemungut cukai juga melakukan demikian?

Dan apabila kamu hanya memberi salam kepada saudara-saudaramu saja,

bukankah orang yang tidak mengenal Allah juga melakukan hal yang seperti itu?

Karena itu haruslah kamu sempurna, sama seperti Bapamu yang di sorga adalah sempurna."

Matius 5:44-48

Kita tahu bahwa ini tidak mudah untuk dilakukan, tapi bukan berarti tidak bisa. Kita pasti bisa melakukannya. Kita harus mengingat Amsal 4:23 yang berkata:

“Jagalah hatimu dengan segala kewaspadaan, karena dari situlah terpancar kehidupan.”

Kita akan mengalami kehidupan kekal selama-lamanya, jika hati kita mau mengampuni orang yang bersalah kepada kita. Tuhan Yesus mengajar dalam Doa Bapa Kami:

“Ampunilah kami atas segala kesalahan kami, seperti kami juga mengampuni orang yang bersalah kepada kami.”

Kalau kita tidak mengampuni orang yang bersalah kepada kita, maka Tuhan juga tidak akan mengampuni kita.

1 Yohanes 3:14-15 berkata:

“Kita tahu, bahwa kita sudah berpindah dari dalam maut ke dalam hidup, yaitu karena kita mengasihi saudara kita. Barangsiapa tidak mengasihi, ia tetap di dalam maut. Setiap orang yang membenci saudaranya, adalah seorang pembunuh manusia. Dan kamu tahu, bahwa tidak ada seorang pembunuh yang tetap memiliki hidup yang kekal di dalam dirinya.”

Karena itu, mari, kita harus mencari dan memikirkan perkara yang di atas, bukan yang di bumi.

Mazmur 15:1 berkata,

“TUHAN, siapa yang boleh menumpang dalam kemah-Mu?

Siapa yang boleh diam di gunung-Mu yang kudus?”

Salah satu syaratnya terdapat dalam Mazmur 15:4c yaitu

“…mereka yang berpegang pada sumpah, walaupun rugi..”

Tuhan Yesus berkata kalau “ya” katakan “ya”. Kalau “tidak” katakan “tidak”. Jadi kalau kita sudah berkata “ya”, artinya berjanji “ya”, maka apapun yang akan terjadi, kita harus tetap “ya”, walaupun rugi.

Terus terang saya banyak melihat orang-orang yang sesudah berkata “ya” tetapi begitu akan merugi kadang-kadang seperti lupa kalau pernah berkata “ya” dan mencari 1001 alasan bagaimana agar “ya” nya bisa berubah menjadi “tidak” meskipun harus lewat proses hukum. Ini yang disebutkan 'perkara yang di bumi', bukan 'perkara yang di atas'. Amsal 21:21 berkata,

“Siapa mengejar kebenaran dan kasih akan memperoleh kehidupan, kebenaran dan kehormatan.”

Karena itu jadilah orang yang berintegritas, orang yang hidup tulus, jujur di hadapan Tuhan.

TAHUN PEY BET

Menurut kalender Ibrani, dari tanggal 6 September 2021 sampai dengan 26 September 2022, kita memasuki tahun 5782 yang disebut sebagai tahun Pey Bet.

Pey Bet artinya 82.

Pey adalah angka 80, menggambarkan mulut. Jadi masuk tahun Pey Bet ini, kita diingatkan kembali tentang mulut.

Bet atau huruf kedua dalam alphabet Ibrani digambarkan dengan sebuah tenda atau rumah atau tempat kediaman. Ada 2 tempat tinggal dari umat manusia. Yang pertama di dunia. Yang kedua di sorga atau di neraka.

Memasuki tahun Pey Bet atau 82, kita diingatkan bahwa kita masih hidup dalam dunia ini, tetapi segala apa yang kita lakukan, apa yang kita ucapkan, apa yang kita tuliskan dalam media sosial, bukan seperti cara-cara dunia, tetapi harus dengan cara sorga.

Microsoft merilis “Indeks Keberadaban Digital” atau “Digital Civility Index” yang menunjukkan tingkat keberadaban pengguna internet atau netizen sepanjang tahun 2020. Hasilnya memprihatinkan karena menunjukkan tingkat keberadaban netizen Indonesia sangat rendah. Berdasarkan laporan survey dari 16.000 responden di 32 negara, antara bulan April - Mei 2020 ini menunjukkan Indonesia ada di peringkat ke 29, terburuk di Asia Tenggara. Saya percaya netizen ini, termasuk di dalamnya orang-orang Kristen juga.

Tuhan Yesus berkata dalam Matius 12:36-37,

“Tetapi Aku berkata kepadamu: Setiap kata sia-sia yang diucapkan orang harus dipertanggungjawabkannya pada hari penghakiman. Karena menurut ucapanmu engkau akan dibenarkan, dan menurut ucapanmu pula engkau akan dihukum."

Tuhan Yesus akan segera datang kembali. Mari, saya mengajak kita semua untuk berhati-hati dengan mulut kita, juga dengan apa yang kita tuliskan di media sosial, apakah itu hoaks atau ujaran kebencian supaya jangan kita dihukum. Amsal 21:23 berkata,

“Siapa memelihara mulut dan lidahnya, memelihara diri dari pada kesukaran.”

Karena itu pikirkan dan carilah hal-hal yang di atas, di mana Kristus tinggal, bukan seperti yang di bumi.

BAPTISAN API

1 Korintus 6:19 berkata:

“Atau tidak tahukah kamu, bahwa tubuhmu adalah bait Roh Kudus yang diam di dalam kamu, Roh Kudus yang kamu peroleh dari Allah, dan bahwa kamu bukan milik kamu sendiri?”

Roma 14:8, berkata:

“Sebab jika kita hidup, kita hidup untuk Tuhan, dan jika kita mati, kita mati untuk Tuhan. Jadi baik hidup atau mati, kita adalah milik Tuhan.”

Kita yang sudah dimeteraikan oleh Roh Kudus adalah milik Tuhan. Jadi kita hidup untuk Tuhan. Kita mati untuk Tuhan. Tuhan menghendaki agar kita menjadi serupa dengan gambar-Nya. Jadi Dia harus makin besar dan kita harus semakin kecil. Biarlah orang melihat Kristus yang ada di dalam kita.

Ada seorang hamba Tuhan dari Inggris yang bernama Smith Wigglesworth. Dia dikenal sebagai Rasul Iman. Dia dipakai oleh Tuhan dalam mujizat dan kesembuhan secara luar biasa. Dia tetap melayani Tuhan sampai akhir hidupnya, pada waktu dia berumur 87 tahun.

Tuhan pernah berkata kepadanya: “Wigglesworth, Aku akan membakar engkau sampai habis, sampai tidak ada lagi Wigglesworth, hanya Yesus!” Wigglesworth berdoa: “Ya Tuhan, lakukan itu. Saya tidak mau orang melihat saya lagi, hanya Yesus!”

Menjadi seorang hamba Tuhan harus seperti ini, juga harus seperti Yohanes Pembaptis yang berkata Ia harus makin besar tapi aku harus makin kecil. Karena itu hari-hari ini kita melihat Baptisan Api sedang turun membakar habis keakuan kita, kedagingan kita, sehingga membuat kita semakin kecil, Ia semakin besar.

Waktu sebelum pandemi COVID-19, saya melihat perlombaan gereja-gereja untuk menjadi yang paling besar, paling terkenal dan kita melihat bahwa perlombaan itu sudah dihentikan oleh Tuhan sejak kita memasuki pandemi. Tetapi di tengah-tengah pandemi ini muncul satu fenomena baru yaitu terjadi perlombaan untuk mencari “views”, dengan bermacam-macam motivasi dan kepentingan.

Saya percaya ketika ditanya, jawabnya pasti ini untuk kemuliaan Tuhan. Bukan rahasia lagi kalau seseorang mempunyai jumlah views yang banyak pasti akan terkenal, mendapat pujian untuk kebanggaan kalau kita dipakai oleh Tuhan, atau kepentingan bisnis atau juga mungkin ada hal-hal lain. Tidak heran kalau “views” menjadi tolok ukur suatu prestasi di zaman digital ini. Sehingga banyak orang yang berlomba-lomba menggunakan segala cara dunia untuk mendapatkan hal tersebut. Seperti beli followers, beli like atau bahkan memaksa orang menonton konten kita.

Saya berdoa supaya bukan karena “views” kita membuat konten, tetapi karena ada kuasa daripada Tuhan yang menggerakkan kita. Sehingga ketika orang menonton konten yang kita buat, disitu ada aliran kehidupan yang mengisi mereka yang menonton.

Hari-hari ini Tuhan mengingatkan kepada kita sebagai hamba Tuhan agar berhati-hati. Kalau kita ingat bagaimana cara perlombaan gereja sebelum masa pandemi itu dihentikan oleh Tuhan, maka kita harus berhati-hati agar kita tidak mengulangi kesalahan yang sama. Saya mengajak agar kita introspeksi, memeriksa diri kita. Saya akan bertanya kalau kita melihat views kita banyak, apakah kita benar-benar berkata ini adalah untuk kemuliaan Tuhan atau kita berbangga hati karena ini dianggap sebagai ukuran Tuhan memakai kita.

Tuhan Yesus mengingatkan kita dalam Lukas 6:26,

“Celakalah kamu, jika semua orang memuji kamu; karena secara demikian juga nenek moyang mereka telah memperlakukan nabi-nabi palsu."

Tuhan Yesus mengingatkan kita kalau seseorang selalu ingin dipuji-puji itu adalah nabi palsu. Tuhan mengingatkan kepada kita bahwa kita harus semakin kecil, dan Dia semakin besar. Kita harus semakin menjadi seperti gambar-Nya. Karena itu Tuhan hari-hari ini menurunkan Baptisan Api yang akan membakar atau menghancurkan keakuan kita.

TANDA KEDATANGAN-NYA

Pada waktu murid-murid Tuhan Yesus menanyakan tentang tanda kedatangan-Nya kembali dan tanda kesudahan dunia ini, salah satunya Tuhan Yesus menjawab adanya penyakit sampar.

Pandemi COVID-19 ini bisa disebutkan sebagai penyakit sampar sehingga pandemi ini merupakan salah satu tanda dari kedatangan Tuhan Yesus untuk kali yang kedua. Tuhan Yesus mau agar kita mempersiapkan diri sebaik-baiknya untuk menyambut kedatangan Tuhan Yesus di awan-awan yang akan menjemput gereja-Nya. Ini dapat diartikan bahwa kita harus mempersiapkan diri untuk ikut dalam pengangkatan.

Pada tahun 2009, Tuhan Yesus berbicara kepada saya: "Aku datang segera". Hal itu akan didahului dengan pencurahan Roh Kudus yang dahsyat. Salah satu tanda dari pencurahan Roh Kudus yang dahsyat sesuai dengan Yoel 2:31, adalah terjadinya goncangan yang dahsyat.

Tahun 2013 Tuhan memberikan nama dari pencurahan Roh Kudus yang dahsyat itu sebagai Pentakosta Ketiga. Goncangan yang dahsyat yang Tuhan maksudkan adalah pandemi COVID-19. Jadi pandemi COVID-19 ini adalah salah satu tanda bahwa Pentakosta Ketiga sedang terjadi. Hal ini dapat diartikan bahwa pandemi ini akan membuat orang-orang mawas diri, introspeksi, bertobat dan menjadi murid Tuhan Yesus.

Pada waktu Roh Kudus dicurahkan di kamar loteng Yerusalem, terdengar bunyi seperti tiupan angin keras, dan tampaklah lidah-lidah seperti nyala api yang hinggap pada 120 murid Tuhan Yesus. Mereka dibaptis dengan Roh Kudus yang juga dapat diartikan mereka mengalami Baptisan Api. Hal seperti itu juga terjadi hari-hari ini. Pada Pentakosta Ketiga, kita juga sedang mengalami Baptisan Api. Pandemi adalah salah satu wujud dari Baptisan Api.

Saya terkesan dengan pidato Bapak Presiden Jokowi pada Sidang Tahunan 16 Agustus 2021, yang berkata:

“Krisis, resesi dan pandemi seperti api.

Kalau bisa, kita hindari, tetapi jika hal itu tetap terjadi, banyak hal yang bisa kita pelajari.

Api memang membakar, tetapi juga menerangi.

Kalau terkendali dia menginspirasi dan memotivasi.

Dia menyakitkan, tetapi sekaligus bisa menguatkan.

Kita ingin pandemi ini menerangi kita untuk mawas diri, memperbaiki dan menguatkan diri kita dalam menghadapi tantangan untuk masa depan.”

Woww… Saya percaya Tuhan memakai Bapak Presiden Jokowi untuk menyatakan kehendak-Nya melalui pandemi ini untuk Indonesia. Hari-hari ini kita sedang mengalami Baptisan Api. Tuhan sedang membersihkan gereja-Nya. Kita akan diubah oleh Tuhan, dan melalui pandemi ini saya percaya kita akan menjadi indah pada waktu-Nya.

Kalau ada di antara Saudara yang karena pandemi ini atau karena masalah lain mengalami tekanan-tekanan, seperti depresi, ketakutan, kebingungan, tidak tahu apa yang harus diperbuat, merasa kehilangan masa depan. Tuhan mengingatkan kita dalam 1 Korintus 10:13,

“Pencobaan-pencobaan yang kamu alami ialah pencobaan-pencobaan biasa, yang tidak melebihi kekuatan manusia. Sebab Allah setia dan karena itu Ia tidak akan membiarkan kamu dicobai melampaui kekuatanmu. Pada waktu kamu dicobai Ia akan memberikan kepadamu jalan ke luar, sehingga kamu dapat menanggungnya.”

Tuhan Yesus baik. Dia sungguh baik, sangat baik kepada kita semua. Tuhan Yesus merindukan pada saat Dia datang di awan-awan untuk menjemput gereja-Nya, kita akan ikut dalam pengangkatan dan masuk sorga, duduk di sebelah kanan Allah Bapa, karena kita memikirkan dan mencari perkara-perkara yang di atas dimana Kristus ada.


Thursday, September 16, 2021

Ibadah Online, GBI Warakas Indah | Tgl 19 September 2021 | With Pdt. DR Ir Niko Nyotorahardjo



Syalom Bpk/Ibu/Saudara/Saudari, 

Mari Saksikan Ibadah Online GBI Warakas Indah (Rayon 1D) dengan PERJAMUAN KUDUS :

- Pembicara : Pdt. DR Ir Niko Nyotorahardjo
- Khotbah : PIKIRKANLAH PERKARA YANG DIATAS BUKAN YANG DI BUMI
- Hari/Tanggal : Minggu, 19 September 2021 
- Anytime | Premiere Mulai Pukul :  06.00 WIB 

" Jangan Lupa Like, Comment, Share & Subscribe Video Ini ya " 

Follow Sosial Media GBI Warakas 

- Instagram : @gbiwarakasindah
- Youtube Channel : GBI Warakas Indah
- Blog : www.gbiwarakas.blogspot.co.id 
- https://www.facebook.com/warakasindah​​

Note : Mari ikuti Ibadah dengan sukacita dan kerinduan akan Hadirat Tuhan yang akan melawat kita semua. 
 
Selamat Menyaksikan
Tuhan Yesus Memberkati 

#GBIRayon1D​​​​​​​​​
#www​​​.gbiwarakas.blogspot.co.id
#messengerofthethirdpentecost​​​​​​​​​
#senimenulisisihatiTuhan​​​​​​​​​
#hmministry​​

Monday, September 13, 2021

TERTANAM DI GEREJA LOKAL

 


TERTANAM DI GEREJA LOKAL 

Di era pandemi COVID-19 ini di mana kita harus beribadah secara virtual, semua gereja di seluruh dunia berlomba-lomba dalam hal menyajikan konten yang terbaik, display yang estetik, musik yang menarik, dan kemampuan editing yang kekinian. Dalam sebuah survei yang dilakukan oleh Barna Research pada bulan Juli 2020 mengenai kehadiran jemaat lintas generasi dalam ibadah virtual di masa pandemi, 40 persen dari generasi baby boomer tetap berada di gereja mereka yang semula, 31 persen dari generasi X, dan hanya 30 persen dari generasi milenial yang tertanam di gereja. 

Bagi generasi muda, 'tertanam di gereja' mungkin bukan sebuah hal yang mudah; sebaliknya berpindah-pindah atau bahkan tidak bergereja sama sekali bukan sesuatu yang sulit untuk dilakukan. Tiga alasan terbesar mengapa anak muda tidak tertanam dan meninggalkan gereja menurut penelitian yang dilakukan oleh LifeWay Research2 adalah: 

1. Karena mereka melanjutkan ke jenjang akademis yang lebih tinggi 

2. Karena anggota gereja cenderung menghakimi anak muda dan dinilai munafik 

3. Karena generasi muda tidak merasa terhubung dengan gereja 

Lebih dari ketiga alasan di atas, sebenarnya orang bisa saja memakai alasan apapun, menyalahkan orang lain dan menyalahkan situasi, untuk berpindah-pindah bahkan meninggalkan gereja. Terlebih di era gereja virtual ini di mana semua orang dapat dengan mudah ‘berjemaat’ di gereja manapun di seluruh dunia. Faktanya, seorang Kristen tidak dapat bertumbuh jika tidak tertanam di sebuah gereja lokal. 

Kita mungkin pernah mendengar bahwa tertanam di gereja lokal diibaratkan seperti menanam benih. Sebuah benih yang ditanam di dalam tanah tentu saja tidak dapat menghasilkan buah secara instan keesokan harinya. Dibutuhkan waktu untuk benih tersebut berakar, bertunas, menumbuhkan batang dan dedaunan, lalu barulah benih tersebut dapat menghasilkan buah. 

Proses pertumbuhan yang paling krusial dari sebuah benih terjadi di dalam tanah, yaitu dalam proses penumbuhan akar. Karena akar adalah bagian yang menentukan seberapa kuat tanaman tersebut nantinya ketika sudah bertumbuh, dan seberapa banyak nutrisi dari tanah yang dapat diserap oleh akar untuk dihantarkan ke bagian-bagian lain dalam tanaman. 

Markus 4:26-29 memuat sebuah perumpamaan singkat tentang kerajaan Allah, yang digambarkan dengan proses bercocok tanam. 

Ayat 27 berkata, “lalu pada malam hari ia tidur dan pada siang hari ia bangun, dan benih itu mengeluarkan tunas dan tunas itu makin tinggi, bagaimana terjadinya tidak diketahui orang itu.” 

Setiap proses untuk bertumbuh yang dialami sebuah benih terjadi di dalam tanah, di tempat gelap di mana tidak ada seorangpun yang bisa melihat dan mengetahuinya. Demikian pula dengan setiap kita sebagai benih; ketika kita berkomitmen untuk tertanam di gereja lokal, kita akan mengalami berbagai proses yang mungkin membuat kita tidak nyaman, dan setiap proses yang kita alami tersebut tidak dapat dilihat oleh orang lain. 

Sayangnya, banyak orang yang menyerah ketika melewati proses krusial ini. Banyak yang tergoda untuk melihat rumput tetangga yang selalu akan terlihat lebih hijau dibandingkan rumput di pekarangan rumah sendiri. Ingat, yang terlihat oleh mata kita hanyalah hasil akhirnya yang sudah tampak baik. Sementara yang tidak kita lihat adalah proses yang juga dialami oleh rumput tetangga ketika baru ditanam dan masih di dalam tanah. 

Padahal, benih yang terus menerus dipindah media tanamnya akan membutuhkan waktu lagi untuk beradaptasi dengan tanah yang baru. Proses itu menghambat pertumbuhan, dan tak jarang benih yang terus menerus dipindahkan akan mati dan tidak dapat berbuah lagi. 

Yohanes 15:2 menuliskan, “Setiap ranting pada-Ku yang tidak berbuah, dipotong-Nya dan setiap ranting yang berbuah, dibersihkan-Nya, supaya ia lebih banyak berbuah.” 

Tuhan menginginkan pertumbuhan dari sebuah benih, dan agar kelak benih tersebut dapat menghasilkan buah yang lebat. Tentu saja hal ini tidak dapat terjadi jika benih tersebut kerap dipindah-pindahkan. Jika kita tidak tertanam di gereja lokal, maka kita tidak dapat mengalami pertumbuhan yang sempurna, bahkan tanpa kita sadari kita bisa mengalami kematian rohani. Kita tidak dapat menikmati buah yang seharusnya dapat kita hasilkan apabila kita tertanam di gereja lokal. Lalu, hal-hal apa yang dapat terus mendorong kita untuk tetap tertanam di gereja lokal? 

1. Mengubah Perspektif Kita 

Sekali lagi, ketika sebuah benih ditanam ia akan diletakkan di dalam tanah yang gelap dan tak terlihat. Tempat di bawah tanah dan tak terlihat ini juga bisa menjadi situasi yang sama yang dipakai untuk menguburkan jasad orang yang sudah meninggal. Namun letak perbedaannya adalah, benih yang ditanam masih memiliki kehidupan dan dapat mengalami pertumbuhan, sementara jasad yang dikubur sudah tidak dapat hidup kembali. Itu sebabnya sebagai sebuah benih, kita harus mengubah perspektif kita bahwa ketika kita sedang berada di dalam tanah: kesepian, tidak dilihat orang, sulit bergerak, gelap dan seakan-akan tidak ada jalan keluar; kita bukan sedang dikubur, melainkan kita sedang ditanam! 

Jika kita berpikir bahwa kita sudah dikubur, maka tidak akan ada lagi pertumbuhan yang dapat kita alami. Namun ketika kita mengubah perspektif kita bahwa keadaan yang saat ini kita alami di dalam tanah adalah karena kita sedang ditanam dan mengalami proses di dalam tanah, maka kita akan terus bertumbuh hingga waktunya benih tersebut akan tampak di atas tanah dan menghasilkan buah. Kita sedang ditanam, dan bukan dikubur! 

2. Jalani Proses 

Proses adalah bagian terpenting dari perjalanan hidup setiap manusia, di mana manusia dibentuk lewat hal-hal yang sulit agar menjadi semakin baik dan semakin kuat di kemudian hari. 

Alkitab berulang kali menggambarkan hidup manusia bagaikan tanah liat di tangan tukang periuk (Yeremia 18:1-6, Roma 9:20-21). Sebelum menjadi bejana, maka tanah liat harus mengalami proses diremukkan, ditekan, diputar berulang kali di meja kerja sang tukang periuk, bahkan dimasukkan dalam tungku untuk dibakar sebelum bejana tersebut jadi sempurna. 

Tidak ada seorang pun yang luput dari proses. Proses pecahnya benih untuk bertunas dan mengeluarkan akar juga hal yang harus dilewati setiap benih agar bisa bertumbuh. Ingat, proses inilah yang akan menentukan seberapa kuat akar yang akan kita hasilkan untuk menyokong seluruh pertumbuhan kita nantinya. Oleh sebab itu, mengalami berbagai proses di gereja lokal adalah hal yang wajar, agar kita sebagai benih dapat memiliki akar yang kuat. Dalam proses itulah Tuhan sedang membentuk karakter kita agar semakin serupa dengan Kristus. 

Sebelum akhirnya naik ke kayu salib, Yesus juga mengalami berbagai proses yang menyakitkan ketika Ia harus dipukul, dicambuk, dimahkotai duri, diludahi dan dicemooh orang, bahkan sama seperti benih yang ada di dalam tanah, Ia tidak dipandang orang. Namun proses yang dilewati Yesus inilah yang membuat karya keselamatan-Nya menjadi sempurna di atas kayu salib. Apapun yang kita alami ketika kita tertanam di gereja lokal, mari tetap jalani proses tersebut agar karakter kita semakin dibentuk serupa dengan Kristus. 

3.  Berhenti Membanding-bandingkan 

Kita tahu cerita tentang Lea yang selalu merasa tidak dicintai oleh suaminya Yakub, karena Yakub lebih cinta kepada Rahel, istri keduanya. Pada saat itu Lea melahirkan tiga anak laki-laki bagi Yakub sementara Rahel mandul (Kejadian 29:31-34). Lea yang terus-menerus membandingkan cinta dari Yakub kepada Rahel merasa sedih, tertekan, kesepian, sampai ia mencurahkan perasaannya itu lewat arti nama yang diberikan kepada ketiga anaknya. Ketika Lea terus membanding-bandingkan, ia tidak dapat melihat berkat yang telah diberikan Allah justru kepadanya, yaitu ketika ia dapat melahirkan keturunan bagi Yakub sementara Rahel belum juga mengandung. 

Sama seperti kisah Lea, ketika kita sibuk membanding-bandingkan, kita tidak bisa melihat berkat yang telah Allah sediakan di tengah situasi kita saat ini. Dalam konteks ini, ketika kita terus membanding-bandingkan gereja lokal kita, pemimpin kita, rekan sepelayanan kita dengan gereja orang lain, kita tidak dapat melihat berkat dan tujuan yang telah Allah tetapkan ketika Ia menempatkan kita di gereja lokal kita saat ini. 

Katakan gereja lokal kita adalah sebuah rumah; tidak ada rumah yang sempurna. Namun setiap rumah yang Tuhan tempatkan bagi kita adalah tempat yang terbaik yang dipilih Tuhan untuk pertumbuhan kita. Tidak ada orang tua yang sempurna. Namun setiap orang tua yang Tuhan berikan pasti memiliki tujuan, mimpi, dan visi Ilahi bagi setiap kita. 

Sebuah kutipan dari Pastor Steven Furtick, “The reason why we struggle with insecurity is because we compare our behind the scenes with everyone else’s highlight reel.” 

 Alasan mengapa kita terus merasa tidak aman adalah karena kita membandingkan apa yang terjadi di belakang layar kita dengan kesuksesan orang lain. 

Keputusan yang paling tepat bagi sebuah benih adalah untuk tetap tertanam di mana ia ditanamkan. Sebagai benih yang ditanam di gereja lokal, mari kita ubah perspektif kita bahwa kita sedang ditanam dan bukan dikubur, jalani proses kita dengan ucapan syukur, dan berhenti membanding-bandingkan. Maka pada waktu-Nya kita akan bertumbuh dan berbuah lebat, sehingga buah tersebut dapat kita nikmati dan juga dinikmati oleh orang lain. (GYA)

PENTAKOSTA KE 3

PENTAKOSTA KE 3

SENIMENULISISIHATITUHAN

JADWAL IBADAH

JADWAL IBADAH