KEMERDEKAAN KARENA ROH ALLAH
“Sebab Tuhan adalah Roh; dan di mana ada Roh Allah, di situ
ada kemerdekaan.”
(2 Kor 3:17)
Kemerdekaan adalah suatu keadaan atau kondisi dimana seseorang
terbebas dari segala bentuk ikatan atau tuntutan. Dalam konteks ayat bacaan
kita hari ini, tentu kemerdekaan yang dimaksud bukan saja kemerdekan secara
fisik, melainkan juga kemerdekaan secara mental dan spiritual. Hanya mereka
yang mengalami kemerdekaan seperti ini yang dapat mengalami pertumbuhan rohani
dengan pesat. Sayangnya, tidak sedikit orang percaya yang menyadari kalau
dirinya belum mengalami kemerdekaan. Mereka berpikir dengan bebas melakukan apa
saja sesuai dengan kehendak hati mereka tanpa perduli apakah melanggar Firman
Tuhan atau tidak, mereka sungguh-sungguh sudah merdeka. Padahal tanpa sadar apa
yang mereka kira sebagai sebuah kebebasan justru merupakan ikatan dosa.
Kemerdekaan yang sejati yang dimaksudkan dalam ayat ini
mencakup beberapa aspek:
1. Merdeka dari Ikatan/Tuntutan Hukum Seremonial
Hukum ini merupakan bagian dari
hukum Taurat yang memisahkan antara yang sakral dan yang duniawi, berdasarkan
prinsip hukum kodrat, seperti: hukum persembahan, tentang kesakralan, proses
penyucian untuk persembahan, tentang makanan, pakaian, sikap, dll. Dengan
kedatangan Kristus hukum ini tidak lagi berlaku, karena Kristus sendiri adalah
persembahan yang sempurna; sebab Kristus menjadi Anak Domba Allah yang
dikurbankan demi menebus dosa-dosa dunia. Maka kurban sembelihan seperti yang
disyaratkan di dalam Perjanjian Lama tidak lagi diperlukan, karena telah
disempurnakan di dalam kurban Kristus di dalam Perjanjian Baru.
2. Merdeka dari Kungkungan Legalitas.
Penerapan hukum Taurat yang
sangat mendetail seperti yang dilakukan oleh kalangan Farisi menjadikan mereka
masuk dalam kungkungan legalitas, artinya melakukan perintah Tuhan hanya
sebagai sebuah kewajiban agama yang harus dilakukan. Inilah yang menjadikan
mereka sangat agamawi tanpa memiliki hubungan dengan Allah dan sesama. Tuhan
Yesus datang dan memberikan hukum kasih dengan dua dalil utama : mengasihi
Tuhan dan mengasihi sesama manusia. Perbedaan yang paling mendasar adalah
hubungan. Dalam konteks legalitas, hukum dilaksanakan tanpa adanya
hubungan/kedekatan/keintiman. Sedangkan dalam hukum kasih yang dinyatakan oleh
Tuhan Yesus, hubungan yang dilandaskan kasih menjadi penekanannya.
"Seperti Bapa telah
mengasihi Aku, demikianlah juga Aku telah mengasihi kamu; tinggallah di dalam
kasih-Ku itu. Jikalau kamu menuruti perintah-Ku, kamu akan tinggal di dalam kasih-Ku,
seperti Aku menuruti perintah Bapa-Ku dan tinggal di dalam kasih-Nya. Semuanya
itu Kukatakan kepadamu, supaya sukacita-Ku ada di dalam kamu dan sukacitamu
menjadi penuh. Inilah perintah-Ku, yaitu supaya kamu saling mengasihi, seperti
Aku telah mengasihi kamu.” (Yohanes 15:9-12)
3. Merdeka dari Kuasa Dosa.
Pernyaataan yang sangat tegas dan
tidak tersangkali terkait dengan dosa adalah : “Karena semua orang telah
berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah” (Roma 3:23) ; “Sebab upah
dosa ialah maut; tetapi karunia Allah ialah hidup yang kekal dalam Kristus
Yesus, Tuhan kita.” Perkataan “semua orang’ berarti tanpa terkecuali! “Sebab,
jika karena pelanggaran satu orang semua orang telah jatuh di dalam kuasa
maut,…” (Roma 5:15). Puji Tuhan, Yesus mati dan bangkit untuk menebus dosa
kita, bahkan Dia mengaruniakan kita Roh-Nya (Yoh 3:34; 2 Kor 5:5) sehingga kita merdeka dari kuasa dosa.
“Tetapi sekarang, setelah kamu
dimerdekakan dari dosa dan setelah kamu menjadi hamba Allah, kamu beroleh buah
yang membawa kamu kepada pengudusan dan sebagai kesudahannya ialah hidup yang
kekal.” (Roma 6:22).
4. Merdeka dari Ketakutan akan Kematian
Karena penebusan Kristus, maka
kita tidak lagi takut menghadapi kematian. Malahan sekarang kita memiliki
pemahaman baru akan kematian, bukan akhir dari kehidupan, melainkan istirahat
dan awal dari kehidupan kekal bersama dengan Tuhan Yesus.
“Dan aku mendengar suara dari
sorga berkata: Tuliskan: "Berbahagialah orang-orang mati yang mati dalam
Tuhan, sejak sekarang ini." "Sungguh," kata Roh, "supaya
mereka boleh beristirahat dari jerih lelah mereka, karena segala perbuatan
mereka menyertai mereka." (Wahyu 14:13)
“Selanjutnya kami tidak mau, saudara-saudara, bahwa kamu tidak
mengetahui tentang mereka yang meninggal, supaya kamu jangan berdukacita
seperti orang-orang lain yang tidak mempunyai pengharapan. Karena jikalau kita
percaya, bahwa Yesus telah mati dan telah bangkit, maka kita percaya juga bahwa
mereka yang telah meninggal dalam Yesus akan dikumpulkan Allah bersama-sama dengan
Dia.” (1 Tes 4:13-14).