Wednesday, November 14, 2018

Umum November 2018 #2 - Kemerdekaan Karena Roh Allah


KEMERDEKAAN KARENA ROH ALLAH


“Sebab Tuhan adalah Roh; dan di mana ada Roh Allah, di situ ada kemerdekaan.”
(2 Kor 3:17)

Kemerdekaan adalah suatu keadaan atau kondisi dimana seseorang terbebas dari segala bentuk ikatan atau tuntutan. Dalam konteks ayat bacaan kita hari ini, tentu kemerdekaan yang dimaksud bukan saja kemerdekan secara fisik, melainkan juga kemerdekaan secara mental dan spiritual. Hanya mereka yang mengalami kemerdekaan seperti ini yang dapat mengalami pertumbuhan rohani dengan pesat. Sayangnya, tidak sedikit orang percaya yang menyadari kalau dirinya belum mengalami kemerdekaan. Mereka berpikir dengan bebas melakukan apa saja sesuai dengan kehendak hati mereka tanpa perduli apakah melanggar Firman Tuhan atau tidak, mereka sungguh-sungguh sudah merdeka. Padahal tanpa sadar apa yang mereka kira sebagai sebuah kebebasan justru merupakan ikatan dosa.

Kemerdekaan yang sejati yang dimaksudkan dalam ayat ini mencakup beberapa aspek:

1.  Merdeka dari Ikatan/Tuntutan Hukum Seremonial
Hukum ini merupakan bagian dari hukum Taurat yang memisahkan antara yang sakral dan yang duniawi, berdasarkan prinsip hukum kodrat, seperti: hukum persembahan, tentang kesakralan, proses penyucian untuk persembahan, tentang makanan, pakaian, sikap, dll. Dengan kedatangan Kristus hukum ini tidak lagi berlaku, karena Kristus sendiri adalah persembahan yang sempurna; sebab Kristus menjadi Anak Domba Allah yang dikurbankan demi menebus dosa-dosa dunia. Maka kurban sembelihan seperti yang disyaratkan di dalam Perjanjian Lama tidak lagi diperlukan, karena telah disempurnakan di dalam kurban Kristus di dalam Perjanjian Baru.

2. Merdeka dari Kungkungan Legalitas.
Penerapan hukum Taurat yang sangat mendetail seperti yang dilakukan oleh kalangan Farisi menjadikan mereka masuk dalam kungkungan legalitas, artinya melakukan perintah Tuhan hanya sebagai sebuah kewajiban agama yang harus dilakukan. Inilah yang menjadikan mereka sangat agamawi tanpa memiliki hubungan dengan Allah dan sesama. Tuhan Yesus datang dan memberikan hukum kasih dengan dua dalil utama : mengasihi Tuhan dan mengasihi sesama manusia. Perbedaan yang paling mendasar adalah hubungan. Dalam konteks legalitas, hukum dilaksanakan tanpa adanya hubungan/kedekatan/keintiman. Sedangkan dalam hukum kasih yang dinyatakan oleh Tuhan Yesus, hubungan yang dilandaskan kasih menjadi penekanannya.
"Seperti Bapa telah mengasihi Aku, demikianlah juga Aku telah mengasihi kamu; tinggallah di dalam kasih-Ku itu. Jikalau kamu menuruti perintah-Ku, kamu akan tinggal di dalam kasih-Ku, seperti Aku menuruti perintah Bapa-Ku dan tinggal di dalam kasih-Nya. Semuanya itu Kukatakan kepadamu, supaya sukacita-Ku ada di dalam kamu dan sukacitamu menjadi penuh. Inilah perintah-Ku, yaitu supaya kamu saling mengasihi, seperti Aku telah mengasihi kamu.” (Yohanes 15:9-12)

3. Merdeka dari Kuasa Dosa.
Pernyaataan yang sangat tegas dan tidak tersangkali terkait dengan dosa adalah : “Karena semua orang telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah” (Roma 3:23) ; “Sebab upah dosa ialah maut; tetapi karunia Allah ialah hidup yang kekal dalam Kristus Yesus, Tuhan kita.” Perkataan “semua orang’ berarti tanpa terkecuali! “Sebab, jika karena pelanggaran satu orang semua orang telah jatuh di dalam kuasa maut,…” (Roma 5:15). Puji Tuhan, Yesus mati dan bangkit untuk menebus dosa kita, bahkan Dia mengaruniakan kita Roh-Nya (Yoh 3:34; 2 Kor 5:5)  sehingga kita merdeka dari kuasa dosa.
“Tetapi sekarang, setelah kamu dimerdekakan dari dosa dan setelah kamu menjadi hamba Allah, kamu beroleh buah yang membawa kamu kepada pengudusan dan sebagai kesudahannya ialah hidup yang kekal.” (Roma 6:22).

4. Merdeka dari Ketakutan akan Kematian
Karena penebusan Kristus, maka kita tidak lagi takut menghadapi kematian. Malahan sekarang kita memiliki pemahaman baru akan kematian, bukan akhir dari kehidupan, melainkan istirahat dan awal dari kehidupan kekal bersama dengan Tuhan Yesus.

“Dan aku mendengar suara dari sorga berkata: Tuliskan: "Berbahagialah orang-orang mati yang mati dalam Tuhan, sejak sekarang ini." "Sungguh," kata Roh, "supaya mereka boleh beristirahat dari jerih lelah mereka, karena segala perbuatan mereka menyertai mereka." (Wahyu 14:13)

“Selanjutnya kami tidak mau, saudara-saudara, bahwa kamu tidak mengetahui tentang mereka yang meninggal, supaya kamu jangan berdukacita seperti orang-orang lain yang tidak mempunyai pengharapan. Karena jikalau kita percaya, bahwa Yesus telah mati dan telah bangkit, maka kita percaya juga bahwa mereka yang telah meninggal dalam Yesus akan dikumpulkan Allah bersama-sama dengan Dia.” (1 Tes 4:13-14).

PENTAKOSTA KE 3

PENTAKOSTA KE 3

SENIMENULISISIHATITUHAN

JADWAL IBADAH

JADWAL IBADAH