TRANSFORMASI
DIRI DALAM TAHUN DIMENSI YANG BARU
“Dan
kita semua mencerminkan kemuliaan Tuhan dengan muka yang tidak berselubung. Dan
karena kemuliaan itu datangnya dari Tuhan yang adalah Roh, maka kita diubah
menjadi serupa dengan gambar-Nya, dalam kemuliaan yang semakin besar.” (2
Korintus 3:18)
Dalam ayat bacaan kita diatas
dinyatakan bahwa “kita diubah”. Kata “diubah” berasal dari kata metamorphoo yang darinya kita mendapat
kata metamorphosis. Kata kerja yang sama juga digunakan dalam Matius 17:2 dan
Markus 9:2 yang digunakan untuk menyatakan transfigurasi Yesus.
Kita diubahkan untuk menjadi
serupa dengan gambar-Nya. TUHAN YESUS adalah gambar Allah (2 Kor 4:4; Yoh
1:14-18; 14:9; Kol 1:15; Ibr 1:3). Manusia diciptakan dalam gambar Allah (Kej
1:26-27), Orang percaya ada dalam gambar Kristus (Roma 9:29-30). Dengan
demikian, keserupaan dengan Kristus adalah tujuan utama Allah bagi semua orang
percaya (Gal 4:19; Ef 1:4).
Terkait dengan transformasi
diri, paling tidak ada 2 (dua) hal yang perlu kita renungkan dan pelajari:
1. Transformasi diri tejadi melalui keintiman dengan TUHAN
Kata “diubah” merupakan
kata kerja pasif, yang menggambarkan karya dan aktivitas Allah dalam mengubah
orang percaya menjadi serupa dengan Kristus, namun demikian perubahan
(transformasi) dalam diri kita tersebut terjadi sementara kita berada dalam
hubungan yang akrab/intim dengan TUHAN, dalam hadirat TUHAN yang penuh kasih,
kebenaran dan kuasa Kristus melalui doa
dan Roh Kudus. Tidak mungkin terjadi transformasi tanpa intimasi.
Jadi jika kita ingin
mengalami transformasi, diubahkan TUHAN menjadi serupa dengan gambar-Nya dalam
kemuliaan yang semakin besar di Tahun Dimensi yang Baru, maka dimensi keintiman
kita harus semakin besar daripada tahun-tahun sebelumnya. Makin menjadikan doa,
pujian dan penyembahan sebagai gaya hidup, lebih lagi berbahasa roh, makin
rajin membaca, merenungkan dan melakukan Firman Tuhan, senantiasa dalam kondisi
yang penuh dengan Roh Kudus.
2. Transformasi diri terjadi secara
progresif
Kalimat “dalam kemuliaan
yang semakin besar” menunjukkan adanya tahapan dalam transformasi diri yang
dikerjakan Allah dalam hidup kita. Kita berada dalam suatu proses yang mengarah
pada keserupaan dengan Kristus. Tahapan atau proses perubahannya bersifat
progresif, artinya semakin lama semakin meningkat sampai kita menjadi sempurna
pada saat kedatangan Kristus yang kedua kali.
Agar proses transformasi
ini terjadi secara progresif, “…hendaklah
hidupmu tetap di dalam Dia. Hendaklah kamu berakar di dalam Dia dan dibangun di
atas Dia, hendaklah kamu bertambah teguh dalam iman yang telah diajarkan
kepadamu, dan hendaklah hatimu melimpah dengan syukur.” (Kolose 2:6-7).
Berdasarkan ayat tersebut
diatas, ada lima bagian penting yang harus kita lakukan:
a. Hidup kita tetap di dalam Yesus,
artinya jangan sampai kita meninggalkan iman kepada Kristus. Kita harus
memiliki prinsip bahwa sekali Yesus tetap Yesus untuk selama-lamanya. Jangan
sampai kita ‘menukarkan Yesus’ dengan kekayaan, jabatan, keterkenalan,
kemewahan, kenyamanan hidup, jodoh/pasangan hidup. Begitu kita meninggalkan
Yesus, maka transformasi dalam diri kita pasti berhenti.
b. Berakar di dalam Yesus, artinya
kehidupan kita harus memiliki fondasi, dasar yang kokoh di dalam Yesus. Sama
seperti halnya pohon besar dapat berdiri dengan kuat sekalipun badai dan angina
kencang menerpa karena memiliki akar-akar yang kuat, demikian juga hidup kita
tidak akan mudah tergoyahkan dan tergoncangkan dengan persoalan atau kesulitan
apa pun. Kita hanya dapat berakar dengan kuat dengan sungguh-sungguh menghidupi
Firman Tuhan.
c. Dibangun di atas Yesus, segala
aspek kehidupan, pekerjaan dan pelayanan yang kita lakukan, kita bangun diatas
batu penjuru yang benar yakni Kristus. Melakukan segala sesuatu di dalam
Kristus dan untuk kemuliaan Kristus. Hidup kita secara keseluruhan harus
dibangun diatas Kristus. Dan kita harus sungguh-sungguh memperhatikan dengan
apa kita membangun kehidupan kita (1 Kor 3:10-15).
d. Bertambah teguh dalam iman,
artinya semakin bertambah usia rohani kita, semakin kita bertambah teguh dalam
iman, tidak mudah diombang-ambingkan oleh rupa-rupa angina pengajaran, tdak
mudah dikalahkan dengan apapun, sebab Tuhan Yesus beserta dengan kita (Roma
8:31-39).
e.
Hati melimpah dengan ucapan
syukur, artinya senantiasa mengucap syukur dalam segala keadaan dan atas segala
sesuatu yang terjadi dalam hidup kita (Efesus 5:20; 1 Tes 5:18). (DL)