BEJANA TANAH LIAT
“Tetapi harta ini kami punyai dalam bejana tanah liat, supaya
nyata, bahwa kekuatan yang melimpah-limpah itu berasal dari Allah, bukan dari
diri kami.”
(2 Kor 4:7)
Terkait dengan tahun Ayin Tet (5779), dimana salah satu makna
dari Tet (angka 9 – abjad kesembilan dalam sistem alphabet Ibrani) adalah
bejana, Gembala Sidang/Pembina diingatkan Tuhan tentang bejana tanah liat
seperti dalam ayat bacaan diatas. Bukan tanpa alasan jika rasul Paulus dalam
suratnya kepada jemaat di Korintus menyatakan bahwa diri mereka adalah bejana
tanah liat. “ketika itulah TUHAN Allah membentuk manusia itu dari debu tanah
dan menghembuskan nafas hidup ke dalam hidungnya; demikianlah manusia itu
menjadi makhluk yang hidup.” (Kej 2:7). Kata “debu tanah” disana dalam
terjemahan bahasa Ibrani-nya berasal dari kata yang memiliki arti clay (tanah
liat), earth, mud: - ashes, dust, earth, ground, morter, powder, rubbish. Namun
demikian, tentu ada maksud lainnya yang ingin disampaikan oleh rasul Paulus,
yakni :
1. Menyatakan betapa rentannya hidup manusia dan
betapa kuatnya kuasa Allah dalam hidup manusia.
Alkitab Penuntun Hidup
Berkelimpahan memberikan catatan yang patut kita renungkan terkait hal ini:
Orang Kristen adalah
"bejana-bejana tanah liat" yang kadang-kadang mengalami kesedihan,
air mata, kesusahan, kebingungan, kelemahan, dan ketakutan (bd. 2Kor 1:4,8-9;
7:5). Namun, oleh karena "harta" sorgawi yang dalam diri mereka, maka
mereka tidak dikalahkan. Kekristenan bukan hal menyingkirkan kelemahan, bukan
juga semata-mata manifestasi kuasa ilahi. Tetapi, kekristenan adalah
manifestasi kuasa ilahi melalui kelemahan manusia (2Kor 12:9). Ini berarti
bahwa:
a. Dalam setiap penderitaan, kita bisa menjadi
lebih daripada pemenang oleh karena kuasa dan kasih Allah (Rom 8:37).
b. Kelemahan, kesusahan, dan penderitaan kita
membuka peluang untuk menerima kasih karunia Kristus yang berlimpah-limpah dan
mengizinkan kehidupan-Nya dinyatakan dalam tubuh kita (ayat 2Kor 4:8-11; bd.
2Kor 12:7-10).
2. Menyatakan bahwa yang berharga bukanlah bejana
yang membawa, melainkan harta yang terdapat didalamnya.
Dalam Alkitab terjemahan Bahasa
Indonesia Sehari-hari (BIS) dituliskan : “Tetapi harta rohani yang indah itu
kami bawa pada diri kami yang tidak berharga ini yang dibuat dari tanah. Dengan
demikian nyatalah bahwa kebesaran kuasa itu terletak pada Allah dan bukan pada
kami.”
Dari sinilah kita dapat
merenungkan mengapa kita perlu memiliki kerendahan hati. Jika pelayanan kita
berhasil dan banyak orang diberkati, itu bukan karena kita, melainkan karena
harta rohani yang ada dalam kita. Apa itu harta rohani yang ada dalam kita?
Injil yang adalah hidup Kristus itu sendiri. Biarlah melalui hidup kita, orang
dapat melihat terang Injil dan kehidupan Yesus yang bercahaya. Untuk hal itu
dapat terjadi, Gembala Sidang/Pembina menyampaikan sebagaimana prinsip pasukan
elit Gideon yang membawa obor dalam bejana, dimana bejana harus dipecahkan
sehingga terang dari obor dapat bercayaha, dilihat orang dan menerangi
lingkungan sekitar, demikian juga dalam hidup kita. kita harus ‘menghancurkan’
kedagingan serta keakuan, sehingga Kristus dan Injil nampak dalam hidup kita.