Tuesday, October 30, 2018

Umum November 2018 #1 - Bejana Tanah Liat


BEJANA TANAH LIAT

“Tetapi harta ini kami punyai dalam bejana tanah liat, supaya nyata, bahwa kekuatan yang melimpah-limpah itu berasal dari Allah, bukan dari diri kami.”
(2 Kor 4:7)

Terkait dengan tahun Ayin Tet (5779), dimana salah satu makna dari Tet (angka 9 – abjad kesembilan dalam sistem alphabet Ibrani) adalah bejana, Gembala Sidang/Pembina diingatkan Tuhan tentang bejana tanah liat seperti dalam ayat bacaan diatas. Bukan tanpa alasan jika rasul Paulus dalam suratnya kepada jemaat di Korintus menyatakan bahwa diri mereka adalah bejana tanah liat. “ketika itulah TUHAN Allah membentuk manusia itu dari debu tanah dan menghembuskan nafas hidup ke dalam hidungnya; demikianlah manusia itu menjadi makhluk yang hidup.” (Kej 2:7). Kata “debu tanah” disana dalam terjemahan bahasa Ibrani-nya berasal dari kata yang memiliki arti clay (tanah liat), earth, mud: - ashes, dust, earth, ground, morter, powder, rubbish. Namun demikian, tentu ada maksud lainnya yang ingin disampaikan oleh rasul Paulus, yakni :

1.  Menyatakan betapa rentannya hidup manusia dan betapa kuatnya kuasa Allah dalam hidup manusia.
Alkitab Penuntun Hidup Berkelimpahan memberikan catatan yang patut kita renungkan terkait hal ini:
Orang Kristen adalah "bejana-bejana tanah liat" yang kadang-kadang mengalami kesedihan, air mata, kesusahan, kebingungan, kelemahan, dan ketakutan (bd. 2Kor 1:4,8-9; 7:5). Namun, oleh karena "harta" sorgawi yang dalam diri mereka, maka mereka tidak dikalahkan. Kekristenan bukan hal menyingkirkan kelemahan, bukan juga semata-mata manifestasi kuasa ilahi. Tetapi, kekristenan adalah manifestasi kuasa ilahi melalui kelemahan manusia (2Kor 12:9). Ini berarti bahwa:
a. Dalam setiap penderitaan, kita bisa menjadi lebih daripada pemenang oleh karena kuasa dan kasih Allah (Rom 8:37).
b. Kelemahan, kesusahan, dan penderitaan kita membuka peluang untuk menerima kasih karunia Kristus yang berlimpah-limpah dan mengizinkan kehidupan-Nya dinyatakan dalam tubuh kita (ayat 2Kor 4:8-11; bd. 2Kor 12:7-10).

2. Menyatakan bahwa yang berharga bukanlah bejana yang membawa, melainkan harta yang terdapat didalamnya.
Dalam Alkitab terjemahan Bahasa Indonesia Sehari-hari (BIS) dituliskan : “Tetapi harta rohani yang indah itu kami bawa pada diri kami yang tidak berharga ini yang dibuat dari tanah. Dengan demikian nyatalah bahwa kebesaran kuasa itu terletak pada Allah dan bukan pada kami.”

Dari sinilah kita dapat merenungkan mengapa kita perlu memiliki kerendahan hati. Jika pelayanan kita berhasil dan banyak orang diberkati, itu bukan karena kita, melainkan karena harta rohani yang ada dalam kita. Apa itu harta rohani yang ada dalam kita? Injil yang adalah hidup Kristus itu sendiri. Biarlah melalui hidup kita, orang dapat melihat terang Injil dan kehidupan Yesus yang bercahaya. Untuk hal itu dapat terjadi, Gembala Sidang/Pembina menyampaikan sebagaimana prinsip pasukan elit Gideon yang membawa obor dalam bejana, dimana bejana harus dipecahkan sehingga terang dari obor dapat bercayaha, dilihat orang dan menerangi lingkungan sekitar, demikian juga dalam hidup kita. kita harus ‘menghancurkan’ kedagingan serta keakuan, sehingga Kristus dan Injil nampak dalam hidup kita.

PENTAKOSTA KE 3

PENTAKOSTA KE 3

SENIMENULISISIHATITUHAN

JADWAL IBADAH

JADWAL IBADAH