Friday, January 31, 2020
Pastor Message Februari 2020. Pdt Dr Ir Niko Nyotorahardjo
Saturday, January 11, 2020
Pastor Message JANUARI 2020 - Pdt DR Ir Niko Nyotorahardjo
Friday, January 10, 2020
Umum Januari 2020 #2 - Transformasi Diri Dalam Tahun Dimensi Yang Baru
TRANSFORMASI
DIRI DALAM TAHUN DIMENSI YANG BARU
“Dan
kita semua mencerminkan kemuliaan Tuhan dengan muka yang tidak berselubung. Dan
karena kemuliaan itu datangnya dari Tuhan yang adalah Roh, maka kita diubah
menjadi serupa dengan gambar-Nya, dalam kemuliaan yang semakin besar.” (2
Korintus 3:18)
Dalam ayat bacaan kita diatas
dinyatakan bahwa “kita diubah”. Kata “diubah” berasal dari kata metamorphoo yang darinya kita mendapat
kata metamorphosis. Kata kerja yang sama juga digunakan dalam Matius 17:2 dan
Markus 9:2 yang digunakan untuk menyatakan transfigurasi Yesus.
Kita diubahkan untuk menjadi
serupa dengan gambar-Nya. TUHAN YESUS adalah gambar Allah (2 Kor 4:4; Yoh
1:14-18; 14:9; Kol 1:15; Ibr 1:3). Manusia diciptakan dalam gambar Allah (Kej
1:26-27), Orang percaya ada dalam gambar Kristus (Roma 9:29-30). Dengan
demikian, keserupaan dengan Kristus adalah tujuan utama Allah bagi semua orang
percaya (Gal 4:19; Ef 1:4).
Terkait dengan transformasi
diri, paling tidak ada 2 (dua) hal yang perlu kita renungkan dan pelajari:
1. Transformasi diri tejadi melalui keintiman dengan TUHAN
Kata “diubah” merupakan
kata kerja pasif, yang menggambarkan karya dan aktivitas Allah dalam mengubah
orang percaya menjadi serupa dengan Kristus, namun demikian perubahan
(transformasi) dalam diri kita tersebut terjadi sementara kita berada dalam
hubungan yang akrab/intim dengan TUHAN, dalam hadirat TUHAN yang penuh kasih,
kebenaran dan kuasa Kristus melalui doa
dan Roh Kudus. Tidak mungkin terjadi transformasi tanpa intimasi.
Jadi jika kita ingin
mengalami transformasi, diubahkan TUHAN menjadi serupa dengan gambar-Nya dalam
kemuliaan yang semakin besar di Tahun Dimensi yang Baru, maka dimensi keintiman
kita harus semakin besar daripada tahun-tahun sebelumnya. Makin menjadikan doa,
pujian dan penyembahan sebagai gaya hidup, lebih lagi berbahasa roh, makin
rajin membaca, merenungkan dan melakukan Firman Tuhan, senantiasa dalam kondisi
yang penuh dengan Roh Kudus.
2. Transformasi diri terjadi secara
progresif
Kalimat “dalam kemuliaan
yang semakin besar” menunjukkan adanya tahapan dalam transformasi diri yang
dikerjakan Allah dalam hidup kita. Kita berada dalam suatu proses yang mengarah
pada keserupaan dengan Kristus. Tahapan atau proses perubahannya bersifat
progresif, artinya semakin lama semakin meningkat sampai kita menjadi sempurna
pada saat kedatangan Kristus yang kedua kali.
Agar proses transformasi
ini terjadi secara progresif, “…hendaklah
hidupmu tetap di dalam Dia. Hendaklah kamu berakar di dalam Dia dan dibangun di
atas Dia, hendaklah kamu bertambah teguh dalam iman yang telah diajarkan
kepadamu, dan hendaklah hatimu melimpah dengan syukur.” (Kolose 2:6-7).
Berdasarkan ayat tersebut
diatas, ada lima bagian penting yang harus kita lakukan:
a. Hidup kita tetap di dalam Yesus,
artinya jangan sampai kita meninggalkan iman kepada Kristus. Kita harus
memiliki prinsip bahwa sekali Yesus tetap Yesus untuk selama-lamanya. Jangan
sampai kita ‘menukarkan Yesus’ dengan kekayaan, jabatan, keterkenalan,
kemewahan, kenyamanan hidup, jodoh/pasangan hidup. Begitu kita meninggalkan
Yesus, maka transformasi dalam diri kita pasti berhenti.
b. Berakar di dalam Yesus, artinya
kehidupan kita harus memiliki fondasi, dasar yang kokoh di dalam Yesus. Sama
seperti halnya pohon besar dapat berdiri dengan kuat sekalipun badai dan angina
kencang menerpa karena memiliki akar-akar yang kuat, demikian juga hidup kita
tidak akan mudah tergoyahkan dan tergoncangkan dengan persoalan atau kesulitan
apa pun. Kita hanya dapat berakar dengan kuat dengan sungguh-sungguh menghidupi
Firman Tuhan.
c. Dibangun di atas Yesus, segala
aspek kehidupan, pekerjaan dan pelayanan yang kita lakukan, kita bangun diatas
batu penjuru yang benar yakni Kristus. Melakukan segala sesuatu di dalam
Kristus dan untuk kemuliaan Kristus. Hidup kita secara keseluruhan harus
dibangun diatas Kristus. Dan kita harus sungguh-sungguh memperhatikan dengan
apa kita membangun kehidupan kita (1 Kor 3:10-15).
d. Bertambah teguh dalam iman,
artinya semakin bertambah usia rohani kita, semakin kita bertambah teguh dalam
iman, tidak mudah diombang-ambingkan oleh rupa-rupa angina pengajaran, tdak
mudah dikalahkan dengan apapun, sebab Tuhan Yesus beserta dengan kita (Roma
8:31-39).
e.
Hati melimpah dengan ucapan
syukur, artinya senantiasa mengucap syukur dalam segala keadaan dan atas segala
sesuatu yang terjadi dalam hidup kita (Efesus 5:20; 1 Tes 5:18). (DL)
Tuesday, January 7, 2020
COOL Umas Januari 2020 - Rohlah Yang Menghidupkan
Rohlah Yang Menghidupkan
“Rohlah yang memberi hidup, daging sama sekali tidak berguna.
Perkataan-perkataan yang Kukatakan kepadamu adalah roh dan hidup.
Perkataan-perkataan yang Kukatakan kepadamu adalah roh dan hidup.
•Yohanes 6:63
PENDAHULUAN
Umas ! cobalah kita periksa diri kita saat
kita menerima Tuhan Yesus sebagai Juruselamat dalam kehidupan kita, Roh Kudus
kita undang masuk dalam hidup kita dan kerohanian kita menjadi hidup. Peranan
Roh Kudus sangat luar biasa dalam hidup kita, Roh Kudus yang mengajar dan
menolong disetiap kehidupan kita ini.
ISI
Umas ! Apa yang
dilakukan agar Roh Kudus terus bekerja memberi kehidupan ?
1. Menjaga Hati (Amsal 4:23)
2. Jaga Pikiran dan Perasaan (Filipi 2:5)
Iblis paling pintar
mencuci pikiran dan perasaan kita. Apabila kita tidak menjaganya maka umas
sangat mudah untuk diperdaya dan dijatuhkan oleh iblis. Umas, jagalah pikiran
dan perasaan kita. Jangan lengah dan jangan buka celah supaya iblis tidak menjatuhkan
kita yang terkadang membuat kita mudah merasa tersinggung dengan perkataan
orang lain, kita menjadi sakit-sakitan karena selalu berfikiran negatif. Mari
kita jaga, agar Roh Kudus terus memberi kita hidup dan hidup dalam kelimpahan.
3. Jaga Tubuh (1 Korintus 6:19-20)
Umas, pakailah tubuh kita
untuk memuliakan Tuhan, jaga tubuh dengan makanan-makanan yang sehat, jangan
makan yang sembarangan agar kita tidak mudah jatuh sakit sehingga membatasi
kita untuk memuji menyembah Tuhan. Segala sesuatu adalah milik Tuhan, pakailah
hidupmu untuk menjadi baitNya. 1 Korintus 6:19-20 berkata : atau tidak tahukah
kam, Roh Kudus yang kamu peroleh dari Allah dan bahwa kamu bukan milik kamu
sendiri ? sebab kamu telah dibeli dan harganya telah lunas dibayar, karena itu
muliakanlah Tuhan dengan tubuhmu.
PENUTUP
Umas hanya Roh
Kudus yang dapat memberi hidup, oleh sebab itu intimlah dengan Roh Kudus jaga
hati, pikiran, perasaan dan tubuh kita. Umas ! Pakailah semuanya itu untuk
kemuliaan namaNya.
Monday, January 6, 2020
Umum Januari 2020 #1 - Dimensi Baru Dalam Hidup Kita
DIMENSI
BARU DALAM HIDUP KITA
“Dan kita semua mencerminkan kemuliaan Tuhan dengan muka yang
tidak berselubung. Dan karena kemuliaan itu datangnya dari Tuhan yang adalah
Roh, maka kita diubah menjadi serupa dengan gambar-Nya, dalam kemuliaan yang
semakin besar.” (2 Korintus 3:18)
Kita telah memasuki tahun 2020, Tahun Dimensi Yang Baru. Kata
“dimensi” dalam kamus besar bahasa Indonesia (KBBI) adalah ukuran yang mencakup
panjang, lebar, tinggi, luas dan lainnya. Dimensi juga bermakna salah satu
aspek yang meliputi atribut, elemen, item, fenomena, situasi atau faktor yang
membentuk suatu entitas. Jika kita merenungkan ayat bacaan kita diatas yang
merupakan salah satu nats dari tema tahun 2020, jelaslah bahwa janji TUHAN bagi
kita, dimensi yang baru berarti makin diubahkan menjadi serupa dengan Kristus,
dalam kemuliaan yang semakin besar.
Dengan kata lain, dalam tahun dimensi yang
baru ini, dimensi dan kapasitas rohani kita makin diperbesar (meningkat),
bahkan TUHAN akan “…mengangkat engkau menjadi kepala dan bukan menjadi ekor,
engkau akan tetap naik dan bukan turun,” (Ulangan 28:13-14).
Di Tahun Dimensi Yang Baru ini paling tidak ada 3 (tiga) hal
yang harus kita tingkatkan:
1. Dimensi kasih kita kepada TUHAN dan sesama.
Dimensi kasih seperti apa yang
Tuhan Yesus kehendaki dari kita sesungguhnya? Kasih yang tidak bersyarat
(agape), kasih yang “walaupun/meskipun…” dan bukan kasih yang “kalau…” artinya
kita tetap mengasihi TUHAN dan sesama walaupun kita belum menerima jawaban doa,
walaupun belum mengalami mujizat, walaupun belum melihat pertolongan TUHAN. Dan
bukan sebaliknya: “saya mengasihi TUHAN kalau saya diberkati, kalau saya
ditolong TUHAN, kalau saya menerima mujizat dari TUHAN. Dalam Yohanes 21:15-17,
ketika bertanya kepada Petrus untuk yang pertama dan kedua kali, Tuhan Yesus
bertanya: “apakah engkau mengasihi (agapao/agape) kepada-Ku?”
“Jawab Yesus: "Hukum yang
terutama ialah: Dengarlah, hai orang Israel, Tuhan Allah kita, Tuhan itu esa.
Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan
dengan segenap akal budimu dan dengan segenap kekuatanmu. Dan hukum yang kedua
ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. Tidak ada hukum lain
yang lebih utama dari pada kedua hukum ini." (Markus 12:29-31)
Dalam ayat tersebut diatas,
dimensi kasih yang Tuhan Yesus kehendaki adalah mengasihi TUHAN dengan segenap
hati, segenap jiwa, segenap akal budi dan dengan segenap kekuatan. Dan dimensi
kasih kepada sesama adalah seperti kita mengasihi diri kita sendiri. Mari kita
refleksi diri, apakah dimensi kasih kita sudah seperti yang Tuhan Yesus
kehendaki?
2. Dimensi penyembahan kita kepada TUHAN
Tetapi saatnya akan datang dan
sudah tiba sekarang, bahwa penyembah-penyembah benar akan menyembah Bapa dalam
roh dan kebenaran; sebab Bapa menghendaki penyembah-penyembah demikian. Allah
itu Roh dan barangsiapa menyembah Dia, harus menyembah-Nya dalam roh dan
kebenaran." (Yohanes 4:23-24)
Penyembahan kepada TUHAN tentunya
melibatkan segenap keberadaan kita, yakni tubuh, jiwa dan roh. Misal
penyembahan dalam arti yang sempit, dimana kita berdoa, memuji dan menyembah
TUHAN: dengan tubuh kita mengeluarkan suara (menyanyi, bersorak, dll), menari,
bertepuk tangan, melompat, berlutut, tersungkur, dan lain-lain. Dengan jiwa
kita bersukacita, fokuskan pikiran kita menyembah, dengan luapan emosi
(kerinduan, kasih sayang, dll), namun tidak berhenti sampai pada dua
aspek/dimensi itu saja, melainkan juga harus sampai pada dimensi roh, dimana
kita menyembah Dia juga dengan roh kita yang dipenuhi dengan Roh Kudus,
memuliakan TUHAN, berkomunikasi dengan TUHAN, meninggikan TUHAN dengan
berbahasa roh.
3. Dimensi pemberian (persembahan) kita
Memberi persembahan adalah bagian
yang tidak terpisahkan dalam ibadah kita, sekalipun ada gereja yang memasukan
persembahan dalam liturgi ibadah, maupun yang memberikan kebebasan kepada
jemaat untuk memberi persembahan sebelum atau sesudah ibadah ke dalam kotak
persembahan atau nomor rekening yang telah disediakan, prinsipnya persembahan
pasti ada dalam ibadah kita sebagai orang percaya.
Mari kita renungkan dimensi
pemberian/persembahan yang menyentuh di hati Tuhan Yesus.
“Pada suatu kali Yesus duduk menghadapi peti persembahan dan
memperhatikan bagaimana orang banyak memasukkan uang ke dalam peti itu. Banyak
orang kaya memberi jumlah yang besar. Lalu datanglah seorang janda yang miskin
dan ia memasukkan dua peser, yaitu satu duit. Maka dipanggil-Nya
murid-murid-Nya dan berkata kepada mereka: "Aku berkata kepadamu,
sesungguhnya janda miskin ini memberi lebih banyak dari pada semua orang yang
memasukkan uang ke dalam peti persembahan. Sebab mereka semua memberi dari
kelimpahannya, tetapi janda ini memberi dari kekurangannya, semua yang ada
padanya, yaitu seluruh nafkahnya." (Markus 12:41-44)
Memberi dari kelimpahan akan terasa lebih mudah, sebab kita
masih punya pegangan, harapan dan simpanan untuk memenuhi kebutuhan bahkan
keinginan kita. Kita tidak terlalu berpikir bisa makan atau bisa memenuhi
kebutuhan pokok atau tidak setelah memberi. Namun memberi dari kekurangan
bahkan dari seluruh nafkah yang diperoleh, seperti halnya janda yang miskin
adalah soal yang lain lagi. Dibutuhkan iman, kebergantungan kepada Allah,
kasih, ketaatan dan rasa syukur yang besar!
Persembahan sulung yang akan kita bawa di bulan Februari
sesunggunya salah satu bentuk latihan untuk kita meningkatkan dimensi dalam hal
memberi. Banyak dari kita mungkin terbiasa memberi 10%, 20%, 50% bahkan lebih
dari itu. tapi 100% (alias seluruh nafkah kita pada bulan Januari)? Mari masuk
dimensi yang baru dalam memberi! (DL)
Saturday, January 4, 2020
Natal SKM GBI Warakas Indah 2
NATAL SKM 1 2019, GBI Warakas Indah
Subscribe to:
Posts (Atom)