LAKUKAN DENGAN SUKACITA
Sebab Kerajaan Allah bukanlah soal makan dan minuman,
tetapi soal kebenaran, damai sejahtera dan sukacita oleh Roh
Kudus.
Roma 14:17
Pernah saudara menonton film tentang sekelompok orang yang
bertanding dalam tim olahraga? Biasanya film dimulai dari beberapa orang yang
secara ketrampilan dan kemampuan olahraganya sangat buruk. Lalu datanglah seorang pelatih yang mengubah
keadaan. Ketika hari pertandingan tiba,
semua anggota tim tegang dan tidak yakin mereka sanggup bermain. Sang pelatih memberikan kata-kata semangat,
dan umumnya ditutup dengan kata: "Let's have fun!" Pelatih mengajak anak-anak dididiknya untuk
tetap bertanding dengan sukacita.
Hidup akan lebih menyenangkan saat kita menjalaninya dengan
sukacita.
Tidak heran, dalam Alkitab bahasa Indonesia pun ditemukan 89
kali kata "sukacita" yang ditulis dalam 84 ayat. Di dalam hampir semua konteks ayat-ayat
tersebut, sedang terjadi sesuatu yang berat, menegangkan dan sepertinya
tokoh-tokoh pelaku akan gagal, tetapi oleh karena ada sukacita, situasi itu
dapat tetap dapat dilalui dengan baik.
Alkitab tidak mengatakan bahwa kita harus menutup mata terhadap
persoalan hidup yang terjadi, tetapi mengajarkan agar kita menjalani dan
melalui semua permasalahan tersebut dengan sukacita.
Sangat menarik bahwa kata "sukacita" bukanlah kata
yang umum digunakan untuk menggambarkan suatu keadaan yang menyenangkan. Umumnya bahasa yang digunakan adalah gembira
atau bahagia. Dalam bahasa Inggris kata
bahagia adalah "happy", kebahagiaan adalah
"happiness". Sementara kata
sukacita adalah "joy" dan kesukacitaan adalah
"joyfulness". Mengapa
demikian? Karena di dunia orang lebih
mencari happy dibanding joy. Kata
"happy" mengandung pengertian sesuatu yang terjadi dari luar diri
seseorang kepadanya (happens).
Demikianlah orang seringkali menggantungkan perasaan gembiranya kepada
apa yang terjadi kepada dirinya dan bukan dari apa yang ada dari dalam
dirinya. Sementara kata sukacita (joy)
adalah sesuatu yang berasal dari dalam diri seseorang terpancarkan keluar.
Bagaimana agar memiliki sukacita yang sejati dalam hidup kita?
1. Miliki sukacita Kristus dalam hidup kita (Yohanes 15:11)
Saat kita mengingat dan menyadari betapa baiknya Tuhan kepada
kita, maka hal itu memberikan kekuatan, kesegaran dan tentu sukacita dalam
hidup kita. Kita bisa memilih untuk
merasa jengkel, kecewa, lelah, stres dan bahkan jatuh sakit akan hal-hal yang
terjadi diluar kita, atau kita bisa memilih untuk tetap sukacita mengetahui
bahwa Kristus begitu mengasihi kita.
Untuk mengalami ayat 11 dari Yohanes 15, maka perhatikanlah apa yang
Yesus ajarkan pada ayat 1-10-nya.
Ayat-ayat itu adalah cara agar kita memiliki sukacita Kristus.
Pertanyaan diskusi, Yohanes 15:1-11:
a. Sesudah kita dibersihkan oleh firman (3)
bagaimanakah selanjutnya kita isi hidup kita? (4)
b. Buah-buahan sering dikaitkan dengan sukacita
dan berkat. Bisakah orang yang
mengatakan percaya dalam Kristus menghasilkan buah-buahan, tanpa mengikuti apa
yang Kristus perintahkan? (4-8)
c. Bagaimana agar sukacita Tuhan tetap ada dalam
hidup kita? (10-11)
2. Hidup dipenuhi dan
dipimpin oleh Roh Kudus (Galatia 5:16,22)
Sukacita adalah satu dari buah-buah Roh. Kehidupan yang dipenuhi dan dipimpin oleh Roh
Kudus akan menghasilkan sukacita yang juga berasal dari-Nya. Oleh karena Roh Kudus kita jadi bisa
menjalani keseharian kita dengan tetap muka tersenyum dan hati gembira,
seberapapun sulitnya atau sukarnya keadaan disekitar kita. The joy of the Lord is my strength! Baca dan perhatikanlah Yohanes 14:26 maka
kita akan mendapati bahwa terdapat suatu hubungan yang sangat kuat antara
keberadaan Roh Kudus, dengan point no.1 diatas.
Pertanyaan diskusi, Yohanes 14:26
a. Apakah yang akan diajarkan dan diingatkan oleh
Roh Kudus kepada kita?
b. Apakah Roh Kudus bisa mengingatkan kita akan
sesuatu yang tidak pernah kita baca atau pelajari?
Secara kasat mata, kehidupan orang Kristen di atas muka bumi
ini tidak berbeda dengan orang-orang yang belum percaya. Kita semua menghadapi masalah dan pergumulan,
kita semua punya beban, kita semua juga rentan terhadap sakit-penyakit, bencana
dan sebagainya. Lalu dimana
perbedaannya? Apa perbedaan kehidupan orang percaya dan belum percaya? Penulis
Richard Foster menjawab pertanyaan tersebut dengan berkata: "Hidup ini
adalah anugrah. Betapa baiknya Tuhan
kita yang telah menyediakan kehidupan bagi kita, yang seluruhnya dapat
dibungkus dengan sukacita."