indram642.blgospot.co.id |
Pada suatu hari seekor anak
kerang di dasar laut mengadu dan mengeluh pada ibunya sebab sebutir pasir tajam
memasuki tubuhnya yang merah dan lembek. "Anakku," kata sang ibu
sambil bercucuran air mata, "Tuhan tidak memberikan pada kita, bangsa
kerang, sebuah tangan pun, sehingga Ibu tak bisa menolongmu."
Si ibu terdia, sejenak, "Sakit sekali, aku
tahu anakku. Tetapi terimalah itu sebagai takdir alam. Kuatkan hatimu. Jangan
terlalu lincah lagi. Kerahkan semangatmu melawan rasa ngilu dan nyeri yang
menggigit. Balutlah pasir itu dengan getah perutmu. Hanya itu yang bisa kau
perbuat", kata ibunya dengan sendu dan lembut.
Anak kerang pun melakukan nasihat bundanya. Ada
hasilnya, tetapi rasa sakit bukan alang kepalang. Kadang di tengah
kesakitannya, ia meragukan nasihat ibunya. Dengan air mata ia bertahan, bertahun-tahun
lamanya. Tetapi tanpa disadarinya sebutir mutiara mulai terbentuk dalam
dagingnya. Makin lama makin halus. Rasa sakit pun makin berkurang. Dan semakin
lama mutiaranya semakin besar. Rasa sakit menjadi terasa lebih wajar.
Akhirnya sesudah sekian tahun, sebutir mutiara
besar, utuh mengilap, dan berharga mahal pun terbentuk dengan sempurna.
Penderitaannya berubah menjadi mutiara; air matanya berubah menjadi sangat
berharga. Dirinya kini, sebagai hasil derita bertahun-tahun, lebih berharga
daripada sejuta kerang lain yang cuma disantap orang sebagai kerang rebus di
pinggir jalan.
******
Cerita di atas adalah sebuah paradigma yg
menjelaskan bahwa penderitaan adalah lorong transendental untuk menjadikan
"kerang biasa" menjadi "kerang luar biasa". Karena itu
dapat dipertegas bahwa kekecewaan dan penderitaan dapat mengubah "orang
biasa" menjadi "orang luar biasa".
Banyak orang yang mundur saat berada di lorong
transendental tersebut, karena mereka tidak tahan dengan cobaan yang mereka
alami. Ada dua pilihan sebenarnya yang bisa mereka masuki: menjadi `kerang
biasa' yang disantap orang, atau menjadi `kerang yang menghasilkan mutiara'.
Sayangnya, lebih banyak orang yang mengambil pilihan pertama, sehingga tidak
mengherankan bila jumlah orang yang sukses lebih sedikit dari orang yang
`biasa-biasa saja'.
Mungkin saat ini kita sedang mengalami penolakan, kekecewaan, patah
hati, atau terluka karena orang-orang di sekitar kamu cobalah utk tetap
tersenyum dan tetap berjalan di lorong tersebut, dan sambil katakan di dalam
hatimu.. "Airmataku diperhitungkan Tuhan.. dan penderitaanku ini akan
mengubah diriku menjadi mutiara."