indram642.blogspot.co.id |
Di Perjanjian Lama, Allah pernah membiarkan umat-Nya dianiaya
di Mesir selama 400 tahun baru kemudian menurunkan Sepuluh Hukum.
Dalam Perjanjian Baru, Allah juga pernah membiarkan
umat-Nya dianiaya oleh Roma dan kerajaan-kerajaan lain selama 400 tahun, baru
kemudian mengirim Yohanes Pembaptis.
Semua ini adalah cara Tuhan bekerja. Terkadang Dia membiarkan
mereka mengira “tak ada Tuhan”, karena keberadaan Tuhan yang menyebabkan orang
beriman, mengakui keberadaan-Nya, mengalami penyertaan-Nya, bukan karena orang
percaya Dia ada maka Dia menjadi ada.
Di sini kita mengerti Covenant (perjanjian Allah).
Allah mengingat janji-Nya kepada Abraham. Dia memanggil Musa, firman-Nya:
“Katakan pada Firaun untuk membebaskan umat-Ku agar mereka dapat menyembah Aku
di padang belantara.” Mereka harus menyembah Tuhan di padang belantara, karena
Tuhan tahu di Mesir ada banyak tuhan palsu; dewa yang terbuat dari emas, yang
kelihatannya begitu mewah sebenarnya bukan apa-apa.
Begitu juga di Perjanjian Baru, ketika Herodes menjadi raja di
Yerusalem, orang Israel mempunyai Bait Allah yang begitu mewah, kubahnya
berlapis emas, bersinar sampai jarak 25 km, berat tiap batu di dindingnya 5.000
kg, dua kali lipat dari batu di piramida. Tetapi Roh Allah turun di padang
belantara, di atas diri Yohanes Pembaptis, yang dipandang tidak waras, karena
dia mengenakan pakaian yang dari kulit unta, makan belalang, dan minum madu.
Ironis bukan?
Kalau tidak ada firman, gedung gereja hanyalah
bangunan yang dikelilingi empat dinding. Kalau tidak ada Roh Kudus, agama tak
lebih dari sebuah ritual. Kalau tak ada penyertaan Tuhan, gereja hanyalah organisasi.