Adalah seorang muda yang taat berdoa yang masih
berpacaran dengan seorang gadis muda juga yang baik hati. Kedua orang ini
adalah dua konglomerat kaya. Sebelumnya merekapun selalu berdoa,
“Tuhan berikanlah aku pasangan yang menurut Engkau
terbaik...”
Setelah mereka menikah, keadaan berubah. Maksudnya,
doanya berubah menjadi,
“Tuhan, berikanlah kami anak yang terbaik buat kami.”
Tetapi setelah 7 tahun mereka menikah, mereka tidak
mempunyai anak.
Setelah mereka berdoa dan berdoa, akhirnya mereka
mempunyai anak. Dan keadaan, maksudnya doa mereka berubah lagi,
“Tuhan, biarlah anak ini menjadi anak yang terbaik
bagi kami.”
Dan benar, setelah 9 bulan istrinya mengandung, lalu
lahirlah seorang anak bagi mereka.
“Anak laki-laki, pak,” kata dokternya.
Sang ayah langsung melonjak kegirangan.
Tetapi setelah 3 hari, sang dokter memanggil si ayah
ke rumah sakit. Lalu si dokter berkata,
”Pak, dengan berat hati saya harus menyampaikan kabar
buruk kepada anda.”
Si ayah membalas,
“Kabar apapun, saya siap menerimanya, pak dokter. Saya
siap menghadapi yang terburuk”
”Dan hal yang buruk itu adalah, bahwa putra anda tidak
akan bertumbuh dengan normal seperti anak-anak yang lain,” jelas si dokter.
”Apa maksud bapak?” si ayah bertanya.
Dokter melanjutkan,
”Putra anda menderita sesuatu kecacatan yang tidak
dapat disembuhkan. Yaitu cacat mental yang serius.”
Sang ayah lalu menitikan air mata dan berkata sambil
berdoa, “Tuhan, apapun yang Engkau berikan kepadaku, aku tahu semuanya baik dan
Engkau tidak pernah mencelakakan anak-anakMu.”
But above all these things put on love, which is the
bond of perfection. Colossians 3:14
(NKJV)
Sejak itu, kedua orang tua itu membeli ranjang bayi
khusus anak mereka dan ditaruh di samping ranjang mereka berdua.
Mereka selalu kesulitan untuk mengurus anak mereka
tersebut, tetapi mereka menanggung semuanya itu. Beranjak keluar dari
umur batita, mereka membuatkan kamar khusus untuk anak
mereka tersebut.
Anak itu menjadi anak yang sangat istimewa dan menjadi
anak mereka satu-satunya. Mereka memberikannya segala yang dia mau dan dia
perlukan. Mainan macam-macam, komputer, boneka, dan lain-lain. Dan jika si ayah
selesai pulang kerja, ia selalu mengajak si anak bermain. Dengan mainan yang
ada atau jika ayahnya membawa mainan yang baru untuk anaknya.
Setiap ayahnya pergi keluar misalkan untuk berpesta
dengan rekan kerjanya atau teman-temannya yang sedang berbahagia, ia selalu
membawa serta istri dan anaknya. Dan di depan rekan-rekan kerjanya atau
teman-temannya, ia selalu membanggakan anaknya. 'Woi anak gw nih… ganteng kan
?' Selalu ia mengatakan demikian, karena ia tahu, anaknya ini adalah anugerah
Allah yang terbesar dalam dirinya.. Dan ia sangat mengasihi anak ini, karena
ini anaknya. Meskipun dia cacat.
Tetapi setelah anak itu bertumbuh makin dewasa,
kecacatannya semakin kelihatan. Kemampuan komunikasinya kurang, jika terjemur
matahari sebentar mulutnya akan keluar busa, dan jika sedang berbicara kadang
air liurnya menetes.
Tetapi meskipun begitu, kedua orang tua tetap sangat
sangat menyayangi anak mereka yang cacat itu.
Suatu hari, pagi-pagi sekali anak cacat ini sudah
bangun, sekitar pukul 4.30. Dalam pikirannya, 'Hari ini, aku pengen buat
sarapan yang speeeeeesial buat papa.'
Setelah doa pagi, ia pergi menuju dapur. Ia mengambil
potong roti, lalu menaruhnya dalam oven, dan menyetel waktunya sampai 10 menit.
Tentu saja hasilnya gosong. Setelah bunyi 'ting', maka anak cacat itu
menaruhnya di atas sebuah piring. Lalu ia mengoleskan selai kacang keju yang
(amat) sangat banyak, sambil berpikir, 'Harus kasih yang baaaaanyak buat papa,
biar ueeeeenak rasanya'.
Setelah itu, ia berlari ke kulkas, karena ayam sudah
mulai berkokok, lalu mengambil sebutir telur. Dan lalu memanaskan panci di atas
kompor, lalu memecahkan telur tersebut dan menuangkan isinya ke dalam panci
tersebut, dan langsung menaruhnya di atas piring yang lain, sambil berpikir,
'Kalo aku buatnya cepet, pasti papa seneng, karena gak
perlu nunggu lama.' Dan lalu ia bergegas mengambil cangkir, dan mengambil
toples kopi bubuk. Jika kita hanya membutuhkan 2 sendok teh, anak cacat ini
memakai 5 sendok teh kopi bubuk, sambil berpikir, 'Kalau 2 sendok teh saja
sudah harum, apalagi 5, pasti papa suka.' Jadilah kopi yang terasa seperti kopi
tua itu.
Lalu si anak cacat ini mengambil nampan, lalu dengan
hati-hati tanpa menimbulkan bunyi macam-macam, menaruh semua piring yang di
atasnya ada roti gosong dan telur mentah dan cangkir kopi tua tersebut, dan
menuju kamar ayahnya. Lalu ia membangunkan ayahnya, dan lalu berkata begini,
' Papa , bangun dong, aku udah buat sarapan yang
spesiaaaaaaaal buat papa.'
Lalu ayahnya bangun dan melihat dan menghirup aroma
'sedap' dari roti gosong, telur mentah dan kopi tua tersebut.
'Wah pasti enak nih.'
Sebelum si ayah melipat tangannya untuk berdoa, si
anak berkata, 'Pa, kali ini aku doain makanan ini buat papa ya, ' kan biasanya
papa yang doain. OK ya papa?'
Sebelum ayahnya sempat mengangguk, si anak cacat ini
sudah melanjutkan,
' Papa ikutin ya: Tuhan Yesus, terima kasih, atas
makanan ini, yang telah Tuhan sediakan. Terima kasih Tuhan, amin.'
Lalu ayahnya mecoba roti gosong tersebut, dan setelah
ayahnya mengunyah gigitan pertama, si anak cacat dengan polosnya bertanya,
'Enak kan pa?'
'Iya, enaaaak sekali,' lalu melanjutkan makan.
Setelah roti tersebut habis, ia memakan telur mentah
tersebut. Dan si anak bertanya,
'Telurnya enak kan pa? Aku yang masak semuanya
loooo….'
Si ayah berkata,
'Wah kamu yang masak? Enak sekali nak.'
Lalu si ayah melanjutkan memakan telur mentah
tersebut. Setelah semua makanan habis, ia mecoba kopi tua itu. Si anak bertanya
lagi, 'Harum dan enak kan pa?'
Si ayah tanpa expresi mual apapun, membalasnya,
'Pahit, tapi papa suka sekali.'
Dan dengan lugunya si anak menjawab,
'Ya iya dong papa, kopi kan pahit…,' karena ia mengira
ayahnya sedang bercanda.
Setelah semuanya habis, si ayah membelai kepala
anaknya dan berkata
'Ray, kamu tau nggak…'
'Nggak paa,' potong si anak cacat tersebut.
Lalu si ayah melanjutkan,
'Kalau semua masakan kamu, enaaaaak sekali.'
Lalu si anak menjawab,
'Iya dong pa, kan aku yang masakin, spesiaaaaaal buat
papa.'
Lalu si ayah berkata lagi,
'Kamu tahu nggak kenapa papa senang hari ini?'
Si anak sambil menggelengkan kepala,
'Nggak tau pa….'
'Karena hari ini kamu dah buat sarapan yang,
spesiaaaaal buat papa.' Lalu si ayah melanjutkan,
'Ray, kamu tahu gak kenapa papa sayaaaaaaang sekali
sama kamu?' Lalu dengan lugunya anak cacat ini menjawab,
'Nggak tahu pa…..'
'Karena kamu anak papa yang udah bikin papa, seneeeeeeeeeeeng
banget.'
'Raymond juga, sayaaaaaaaaaang banget sama papa.'
Lalu sambil menitikan air mata, ia memeluk anaknya
yang cacat itu, dan berkata kepada anaknya,
'Terima kasih ya nak, karena telah memasakan sarapan
roti, telur, dan kopi ini buat papa. Semuanya terasa, enaaaaak sekali.'
Lalu si anak menjawab,
'Sama-sama papaah….'
Dan si ayah lalu berdoa dalam hatinya,
'Tuhan terima kasih, karena Engkau sudah memberikan
anak yang sangat sayang padaku…'
Anda tahu, siapakah anak cacat dan ayah tersebut?
Kamulah, yang sedang membaca adalah anak yang cacat
tersebut.. Seperti anak cacat itu memberikan kepada ayahnya, roti gosong, telur
mentah dan kopi tua, juga kita, memberikan apa yang tidak sempurna dari kita
untuk Tuhan.
Roti gosong, telur mentah dan kopi tua, yang merupakan
apa yang tidak sempurna dari kita misalnya, pujian, dan kehidupan kita, Tuhan
terima semuanya dengan senang hati, karena Tuhan tahu, bahwa kita melakukannya
dengan segenap hati kita yang tertuju pada Bapa di sorga, dan kita ingin
melakukan yang terbaik untuk Bapa kita di sorga.
NB: Memang sulit melihat kenyataan bahwa kitalah anak
cacat tersebut. Mengasihi dan menerima seorang anak yang cacat, yaitu seorang
anak yang menurut nalar tidak memiliki masa depan dan tidak dapat diharapkan
pastilah benar-benar memerlukan suatu “kasih tidak bersyarat” yang merupakan
suatu pergumulan besar dalam hidup manusia.
Ingat ini: Bapamu di sorga menyayangimu, apa adamu,
apa yang ada padamu, apapun yang engkau berikan dengan segenap hatimu,
merupakan sebuah persembahan yang harum. Karena Bapamu mengasihi kamu,
sampai-sampai Ia sendiri mengirimkan Anak-Nya untuk turun ke dunia, untuk
menebuskan dan mematahkan segala kutuk atas diri kita, dan untuk membayar lunas
segala hutang dosa kita dan menebus dosa kita dari maut..
Ingat : Bapamu (Allah mu) di sorga mengasihimu.
You are all fair, my love, and there is no spot in
you.
Song of Solomon 4:7 (NKJV)